Pernyataan Sikap Majelis Mujahidin
Mewaspadai Perayaan Idul Ghadir Syi’ah di Indonesia
Ekspansi ideologi transnasional Syiah, yang dilakukan
sejak tahun 80-an, mulai menuai hasilnya di Indonesia. Para propagandis
Syi’ah berani tampil terbuka, tidak lagi bersembunyi di balik taktik
taqiyah. Ketika pemerintah sibuk memberantas terorisme, propagandis
Syiah menyelusup dan menguasai basis strategis di pemerintahan, menjadi
anggota legislatif, pejabat negara, persis seperti yang dilakukan
kader-kader komunis, dan berpura-pura anti terorisme.
Pendekatan kekerasan diganti dengan diplomasi, termasuk
mengundang tokoh masyarakat, para pejabat negara untuk berkunjung ke
Iran, dan mendirikan Iran Corner di berbagai lembaga perguruan tinggi
negeri dan swasta. Mereka menyusup ke basis-basis strategis umat melalui
berbagai macam lembaga, ormas keagamaan, MUI, serta memanfaatkan secara
optimal potensi negara basis Iran dengan misi deplomasi Kedutaannya di
Indonesia dan negara-negara muslim lainnya dalam rangka memenuhi pesan
imam besar mereka Khomeini mengekspor Revolusi Syiah ke Negara-negara
Islam.
Untuk tujuan ekspansi ideologi ini pula, pada tanggal 26
Oktober 2013, akan diselenggarakan Idul Ghadir dengan tema: Imam Ali as.
Putra Ka’bah Pemersatu Umat, di SMESCO (SME) Convention Hall Jl. Gatot
Subroto Kav. 94 Jakarta Selatan. Sudah berulangkali acara seminar
Syi’ah di tolak di Makasar, Solo, bahkan belum lama ini terjadi konflik
komunal di Sampang, Madura dan Jember Jawa Timur.
Oleh karena itu, guna mengantisipasi konflik komunal antar
ormas keagamaan, Majelis Mujahidin menyampaikan sikap berkenaan rencana
penyelenggaraan Idul Ghadir sebagai berikut:
1. Perayaan Idul Ghadir sebagai hari paling agung untuk mendewakan Ali, melebihi Idul Fitri dan Idul Adha, tidak dikenal dalam Islam.
2. Kegiatan ritual-ritual
Syiah yang semarak di Indonesia adalah bentuk ekspansi ideologi
Transnasional Syiah yang disusupkan dengan bantuan Keduataan besar Iran
di Indonesia, dengan melakukan distorsi terhadap ajaran-ajaran Islam.
3. Segala aktivitas Syiah di
Indonesia membawa misi ekspor revolusi Syiah Iran ke negara-negara
muslim, diawali dengan penyusupan ajaran-ajaran Syiah (intervention), sehingga tatanan Islam menjadi rusak (distruction) yang akhirnya mereka bisa menggalang loyalitas Syiah (sabotage) terhadap penguasa, pejabat, rakyat dan pemerintah Indonesia.
4. Pemerintah Indonesia agar
senantiasa mewaspadai ideologi transnasional Syi’ah demi menjaga
stabilitas keamanan serta menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia
dari intervensi asing.
5. Pemerintah cq. Kepolisian
dan pihak terkait supaya mencabut izin acara perayaan Idul Ghadir
bertema “Imam Ali as. Putra Ka’bah Pemersatu Umat” tersebut karena
mencederai dan melecehkan Islam dan umatnya serta kewibawaan Negara RI.
Demikian pernyataan ini dibuat agar mendapatkan perhatian Kepolisian serta aparat keamanan terkait.
Yogyakarta, 23 Oktober 2013
Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin
Irfan S. Awwas M. Shabbarin Syakur
Ketua Sekretrais
Menyetujui
Amir Majelis Mujahidin
Al-Ustadz Muhammad Thalib