Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu
'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Butuh kepada Allah merupakan kondisi
semua makhluk dan sifat melekat padanya. Mereka semua butuh kepada
karunia Allah, nikmat-Nya, kebaikan-Nya, pertolongan-Nya,
perlindungan-Nya, dukungan-Nya, ampunan-Nya & keridhaan-nya.
Setiap manusia yang ada di timur sampai
barat butuh kepada-Nya. Mereka butuh kemurahan Allah agar tetap memberi
mereka kesempatan hidup, tempat tinggal di bumi-Nya, menghirup
udara-Nya, memberi fungsi anggota tubuh, rizki, dan selainnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang kondisi ini,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ
الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ * إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ
جَدِيدٍ * وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
“Hai manusia, kamulah yang butuh
kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia
memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan
kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.” (QS. Faathir: 15-17)
Imam Al-Syaukani berkata, “maksudnya:
mereka butuh kepada-nya dalam semua urusan Dien dan dunia mereka. Mereka
butuh kepada-Nya secara umum.”
Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi:
يَا
عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي
أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ
فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ
كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ
بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya
kalian semua itu sesat kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka
mintalah hidayah kepadaku niscaya Kuberi hidayah kalian. Wahai
hamba-hamba-Ku sesungguhnya kalian semua itu orang lapar kecuali
orang-orang yang Aku beri makan. Maka mintalah makan kepadaKu niscaya
Aku beri makan kalian. Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya kalian semua
orang-orang yang telanjang kecuali orang yang aku beri pakaian maka
mintalah pakaian padaKu niscaya Aku beri pakaian kalian. Wahai
hamba-hambaKu sesungguhnya kalian semua melakukan kesalahan di waktu
malam dan siang, sedangkan Aku mengampuni segala dosa semuanya, maka
mintalah ampun kalian semua padaKu niscaya Aku ampuni kalian.” (HR. Muslim)
Hadits ini mengabarkan tentang kondisi
awal manusia, semuanya dalam keadaan jahil, sesat, kelaparan, telanjang,
dan banyak doa. Kemudian Allahlah yang memberikan ilmu kepada mereka,
menunjuki mereka, memberikan makanan dan pakasian serta mengampuni
dosa-dosa mereka sehingga mereka tidak habis binasa.
Merasa Tidak Butuh Kepada Allah Sumber Penyimpangan
Tidak semua menusia mengakui sifat ini
dan menyadari kebutuhannya kepada Allah yang sangat. Ada sebagian
menyombongkan diri dan merasa tidak butuh kepada Allah hanya karena
mereka memiliki fisik sehat lagi kuat, mampu bekerja sehingga
menghasilkan duit yang mencukupi hidupnya, memiliki kekayaan melimpah,
menduduki jabatan tinggi dan atau ia sebagai penguasa di satu belahan
bumi memiliki kekayaan. Ia enggan mencari kecintaan Allah dan
keridhaan-Nya. Biasanya, manusia semacam ini cenderung menyimpang dan
menyombongkan diri sehingga tidak mau tunduk & taat kepada Allah,
membuang syariat-Nya, dan melampui batasanya sebagai hamba.
Allah telah mengabarkan manusia jenis kedua dalam firman-Nya,
كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى أَنْ رَآَهُ اسْتَغْنَى إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia
benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu).” (QS. Al-Alaq: 6-8)
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
“Dan adapun orang-orang yang bakhil
dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka
kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al-Lail: 8-10)
إِنَّ
الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آَيَاتِنَا غَافِلُونَ
أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak
mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa
puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu
dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya
ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 7-8)
Mereka akan menemui kehinaan dan
kesengsaraan di kehidupan akhirat; bahkan terkadang kehinaan itu
disegerakan juga dalam kehidupan dunia.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah
kepada-Ku, niscaya kabulkan doa kalian. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam
keadaan hina dina".” (QS. Ghaafi: 60)
Ada orang merasa dirinya lemah dan
membutuhkan bantuan Dzat lebih perkasa, namun ia lari dari Allah dan
datang kepada sesama makhluk yang lemah. Ia tidak mengenal Allah dengan
baik sehingga ingkar terhadap Rububiyyah-Nya. Ia terjerumus ke dalam
kesyirikan. Ia tak mendapatkan apa yang dikehendakinya kecuali dengan
Izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Allah sebutkan tentang orang-orang musyrikin yang menyembah berhala-berhala agar mereka memudahkan jalan rizkinya.
إِنَّمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ
الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا
فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ
إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah
selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya
yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki
kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut: 17)
Allah terangkan tentang orang yang
beribadah kepada Allah di atas keraguan, jika mendapat kemakmuran rizki
maka dia tetap di atas ibadah. Sebaliknya, jika mendapat kerugian materi
maka ia berpaling darinya & mencari selain Allah untuk diminta.
Orang ini menemui kerugian dunia-akhirat.
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ
اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ
خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ
هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
“Dan di antara manusia ada orang
yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh
kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu
bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di
akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Ia menyeru
selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak (pula)
memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 11-12)
Apakah Allah Rugi dengan Pengingkaran?
Tidak, Allah maha kaya tidak butuh kepada makhluk-Nya, tidak butuh pula kepada ibadah dan ketaatan mereka.
وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan Musa berkata: "Jika kamu dan
orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 8)
Allah berfirman dalam hadits Qudsi:
يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ
كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ
فِي مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ
وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ
مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا
“Wahai, hamba-hamba-Ku. Seandainya
yang pertama dan yang terakhir dari kalangan jin dan manusia semua
merupakan setaqwa-taqwa makhluq di antara kalian, tidaklah yang demikian
itu menambah sedikitpun kekuasaan-Ku. Dan seandainya yang pertama dan
yang terakhir dari kalangan jin dan manusia merupakan seburuk-buruk
makhluq di antara kalian, tidaklah yang demikian itu mengurangi
sedikitpun kekuasaan-Ku.” (HR. Muslim)
Semua itu karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Maha kaya dan sudah berkecukupan sehingga tak butuh kepada semua
makhluk-Nya. Dia tidak berhajat kepada usaha makhluk untuk memberikan
kemanfaat bagi-Nya. Keshalihan mereka semua tidaklah menambah
kekuasaan-Nya sedikitpun. Sebaliknya kebejatan dan keingkaran mereka
tidak mengurangi kekuasaan barang sedikitpun.
Kesempurnaan kekayaan Allah mengharuskan
ketaatan makhluk-Nya tidakmembawa manfaat bagi-Nya. Sebaliknya,
kedurhakaan para ahli maksiat tidak membawa madharat sedikitpun
bagi-Nya. Allah Mahakaya dan Mahaterpuji. Makhluk lah yang butuh kepada
ibadah mereka dan ampunan atas dosa-dosa mereka. Wallahu A’lam.
[PurWD/voa-islam.com]
Oleh Ustadz Badrul Tamam