News Update :

Berjalan 3 Tahun, Pengajian MTA di Demak Hendak Dibubarkan Banser

01 September 2013 13.10




Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) sebagai lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyyah dalam bentuk Yayasan yang berpusat di Solo Jawa Tengah kembali mendapat ujian dalam menyebarkan dakwahnya.
 

Rabu (22/8/2013) kemarin, ratusan massa dari Gerakan Pemuda Ansor, Banser, dan CBP mendatangi markas MTA di Kabupaten Demak. Namun sampai lokasi ternyata pimpinan dan anggota MTA sudah tidak ada di tempat.

Seperti dilansir situs nu.or.id, setelah mendapatkan laporan dari warga sekitar tentang kegiatan MTA di Desa Dondong yang dianggap meresahkan, pengurus NU setempat langsung menginstruksikan Ansor dan Banser untuk segera bertindak tegas.

Setelah mendapatkan instruksi, GP Ansor, Banser, CBP dari kantor PCNU langsung menuju lokasi dengan membawa 300an anggotanya. Namun karena pimpinan dan anggota MTA sudah tidak ada di tempat, akhirnya hanya terjadi dialog dengan aparat keamanan.
...Pengajiannya itu berjalan rutin Rabu malam setiap seminggu sekali. Berjalan selama tiga tahun itu tidak ada masalah...
Ketua PC Ansor Demak, H Abdurrahman Kasdi kemudian berdialog dengan Kapolres Demak, Dandim, Kapolsek, Koramil Demak Kota, ketua MWC NU Demak Kota, ketua PC IPNU serta lurah Dondong ditengah tengah ratusan Banser dan CBP yang bertempat di halaman masjid Mubarokah desa Dondong.

Selesai dialog, perwakilan Ansor menyampaikan bahwasannya NU, Anhsor dan Banser menuntut agar MTA didesa tersebut dihentikan kegiatannya untuk selamanya dikarenakan kegiatan mereka dianggap meresahkan.
“Kami datang kesini atas laporan warga sini (desa Dondong -red), atas nama Nahdlatul Ulama (NU -red) kami minta kepada kepolisian agar kegiatan MTA disini dihentikan selamanya,” tuntut Abdurrahman.

Sementara itu kepala Satkorcab Banser, Musta’in meminta kepada Kapolres Demak yang diwakili Kasatintel Ruswiyanto agar pimpinan MTA dan anggotanya di Dondong yang berjumlah 4 KK untuk bisa dipertemukan dengan Anshor dan Banser yang difasilitasi oleh Kapolres.
...Justru setelah pemberitahuan secara tertulis itu, maka ada reaksi dari orang yang mengatasnamakan orang disitu yang mendesak pak lurah untuk menutup pengajian binaaan MTA...

Ditempat yang sama, Kapolres Demak melalui Kasatintel Ruswiyanto berjanji ditengah-tengah anggota Banser untuk bisa memanggil dan berdialog antara MTA, NU, Anshor dan Banser.

Untuk mengetahui kejadian yang sesungguhnya di desa Dondong, kecamatan Demak Kota, kabupaten Demak, Jawa Tengah, voa-islam.com kemudian menemui Sekretaris MTA Pusat, Drs Medi untuk meminta penjelasan.

Ditemui di kantor pusat MTA di Jl. Ronggowarsito No. 111A depan Keraton Mangkunegaran Solo, Senin (26/8/2013) siang, pria yang akrab disapa pak Medi ini membeberkan kronologi lengkapnya. Berikut kutipan wawancara tersebut:


Bagaimana kronologi pembubaran dan penutupan pengajian MTA oleh ratusan massa dan Banser NU yang ada di Dondong itu pak?

Jadi gini ya, pengajian itu sudah berjalan kurang lebih tiga tahun. Kemudian memang, waktu pengajian itu pemberitahuan dari kita (anggota dan pengurus MTA di Dondong -red) ke aparat baru lisan. Mulai dari RT, RW hingga kelurahan.

Pengajiannya itu berjalan rutin Rabu malam setiap seminggu sekali. Berjalan selama tiga tahun itu tidak ada masalah. Kemudian pada kira-kira awal Agustus 2013 ini, pemberitahuan itu saya harapakan diberikan secara tertulis kepada aparat.
...Kalau memang sebagaimana yang ada diberita itu bahwa pengajian kami (MTA -red) meresahkan warga, kenapa baru dipermasalahkan sekarang ini?...

Tujuannya, untuk memberitahu aparat dan masyarakat bahwa kita (MTA -red) ini lembaga yayasan yang legal. Jadi kami pengen berusaha menjadi warga negara yang baik, maka ya sudah semuanya kita proses secara legal.

Nah, justru setelah pemberitahuan secara tertulis itu, maka ada reaksi dari orang yang mengatasnamakan orang disitu, ulama, tokoh, kemudian tokoh masyarakat mendesak kepada pak lurah untuk menutup pengajian binaaan MTA di Dondong.


Nah, maka terus kemudian dia (oknum-oknum tersebut -red) kerahkan 200 atau 300 lah massa. Lalu informasi yang saya dapat, massa itu dari Demak kota lah, jadi bukan warga situ, tapi persisnya kami tidak begitu tau.

Kalau memang sebagaimana yang ada diberita itu bahwa pengajian kami (MTA -red) meresahkan warga, kenapa baru dipermasalahkan sekarang ini? Padahal pengajian itukan sudah berjalan rutin selama tiga tahun.
Kalau memang meresahkan, katakanlah katanya warga sekitar situ, harusnya kan mereka protes sejak awal atau tiga tahun lalu saat pengajian tersebut kami mulai. Jadi kenapa baru sekarang ini dipermasalahkan? Itu ya.
...Nama pimpinan MTA di Dondong itu pak Wagiman, kemudian pemilik rumah untuk kajian itu berlangsung namanya pak Supardi...

Kalau anggota dan pengurus MTA di Dondong maupun di kabupaten Demak secara keseluruhan ada berapa pak?


Kalau yang ikut disana sich memang belum banyak. Kalau di Dondong sendiri itu ada 4 keluarga (yang jadi anggota -red), tapi totalnya yang ikut ngaji di Dondong itu sekitar 25 orang. Tapi kalau keseluruhan anggota di Demak kami belum tau persis.

Karena kami (MTA -red) itukan tidak pernah mengeluarkan KTA. Karena sifatnya kan hanya pengajian, kita bukan ormas, kita sebuah yayasan, maka kita tidak mengeluarkan KTA. Apalagi kita juga non partisan.

Kalau pimpinan MTA di Dondong namanya siapa, dan ada dimana pengajian MTA itu biasa 
berlangsung?

Nama pimpinan MTA di Dondong itu pak Wagiman, kemudian pemilik rumah untuk kajian itu berlangsung namanya pak Supardi. Kebetulan dia ketua 2 binaan MTA di Dondong.
...Jadi karena ujung-ujungnya itu pokoknya ditutup, ya kita tetap tidak menyetujui penutupan itu...

Kemudian setelah peristiwa kemarin itu, aparat kepolisian diberi waktu tiga hari dari pihak NU untuk diminta mempertemukan dengan pihak MTA supaya bisa berdialog. Lalu gimana kelanjutannya?


Jadi karena ujung-ujungnya itu pokoknya ditutup, ya kita tetap tidak menyetujui penutupan itu. Lha mosok sesama warga negara Indonesia bisa menghakimi (warga negara -red) yang lain untuk menutup pengajian??

Kalau memang pengajian kita itu ada salahnya ya, mana letak salahnya? Kalau ada yang kurang ya, silahkan dibetulkan. Tapi bukan seperti itu caranya, main tutup begitu ya.

Dan kalau menurut kami, itu bukan dialog ya.. ini semacam  ultimatum untuk menutup yaa. Jadi pemilik rumah diminta untuk mau menandatangani kalau pengajian itu ditutup, (informasi -red) yang kita terima seperti itu. [Khalid Khalifah] / voa-islam.com
 

© Copyright Indahnya Islam 2010 - 2016 | Powered by Blogger.com.