Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu
'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
telah menjelaskan siapa-siapa yang berhak mengeluarkan zakat fitrah atau
dikeluarkan zakatnya. Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radliyallahu 'Anhu, berkata:
فَرَضَ
رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ اَلْفِطْرِ, صَاعًا مِنْ
تَمْرٍ, أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ: عَلَى اَلْعَبْدِ وَالْحُرِّ,
وَالذَّكَرِ, وَالْأُنْثَى, وَالصَّغِيرِ, وَالْكَبِيرِ, مِنَ
اَلْمُسْلِمِينَ, وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ اَلنَّاسِ
إِلَى اَلصَّلَاةِ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha' kurma atau satu sha'
gandum, atas budak dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan, anak
kecil dan orang besar dari kalangan orang Islam. Dan beliau
memerintahkan agar ditunaikan sebelum orang-orang pergi menunaikan
shalat ('idul Fitri).” (Muttafaq Alaih)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
mewajibkan zakat fitrah atas semua kaum muslimin; laki-laki dan
perempuan, orang merdeka dan hamba sahaya, orang dewasa dan anak kecil.
Masuk dalam makna anak kecil adalah anak yang sudah lahir (bayi).
Apabila bayi telah lahir sebelum
tenggelamnya matahari di hari terakhir Ramadhan maka wajib dikeluarkan
zakat fitrahnya. Tetapi jika saat matahari terbenam ia masih di
kandungan (belum lahir) maka tidak wajib dikeluarkan zakat fitrahnya.
Inilah pendapat yang rajih yang merupakan pendapat Madhab Hambali dan
Syafi’i dan salah satu pendapat dari Madhab Maliki. Alasannya, apabila
ia masih di perut ibunya saat datang waktu kewajiban zakat maka tidak
wajib mengerluarkan zakat fitrahnya. Ini didasarkan kepada hadits yang
dikeluarkan Abu Dawud dan Ibnu Majah, Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma berkata:
فَرَضَ
رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم زَكَاةَ اَلْفِطْرِ; طُهْرَةً
لِلصَّائِمِ مِنَ اَللَّغْوِ, وَالرَّفَثِ, وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ,
فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ اَلصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ, وَمَنْ
أَدَّاهَا بَعْدَ اَلصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ اَلصَّدَقَاتِ
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang
berpuasa dari perkataan yang tidak berguna dan buruk, dan sebagai
makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya
sebelum shala (Ied)t, ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa
mengeluarkannya setelah shalat, ia menjadi sedekah biasa.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim)
Hadits ini menunjukkan bahwa zakat
fitrah menjadi wajib dengan tenggelamnya matahari di hari terakhir dari
bulan Ramadhan. Dikuatkan lagi dengan disandarkannya shodaqoh kepada
al-Fitri (berbuka) yang mengharuskan ikhtishah (penghususan). Maksudnya:
shodaqoh yang dikhususkan dengan berbuka atau zakat yang sebabnya
adalah berbuka dari puasa Ramadhan. Dan awal berbuka itu terjadi dengan
terbenamnya matahari di hari terkahir Ramadhan. Maka siapa yang saat
tenggelam matahari di hari terakhir Ramadhan ia masih berada di perut
ibunya maka bukan termasuk yang terkena kewajiban zakat fitrah. Ini
pendapat yang kelihatannya paling tepat walaupun ada beberapa pendapat
yang berbeda dengan ini.
Terlebih kalau bayi belum lahir saat
terbit fajar (lahir sesudahnya) maka tidak wajib dikeluarkan zakat
fitrahnya. Karena janin tidak berlaku hukum duniawi atasnya kecuali
dalam warisan dan wasiat dengan syarat ia lahir dalam keadaan selamat.
Ibnul Mundzir telah menyebutkan ijma’
akan tidak wajibnya janin dikeluarkan zakat fitrahnya. Tetapi menurut
sebagian ulama ada yang memandang baik jika dikeluarkan zakat fitrah
atas nama janin berdasarkan amalan Utsman Radhiyallahu 'Anhu.
Diriwayatkan dari Abu Qilabah, ia berkata:
كَانَ يُعْجِبُهُمْ أَنْ يُعْطُوْا زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِ الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ حَتَّى عَنِ الْحَمْلِ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ
”Adalah menjadi perhatian mereka
(para sahabat) untuk mengeluarkan/memberikan zakat fitrah dari anak
kecil, dewasa, malah yang masih dalam kandungan (janin).” (HR. Abdurrazaq dan Abu Bakar dalam Al-Syafi)
Karenanya, jika ada seseorang yang tetap
mengeluarkan zakat fitrah untuk anaknya yang lahirnya sesudah matahari
akhir Ramadhan terbenam tidak perlu dipersoalkan. Semoga itu menjadi
tambahan kebaikan pahala untuk orang tuanya. Wallahu A’lam.
[PurWD/voa-islam.com]
Oleh : Ustadz Badrul Tamam