Ustadz Farid Ahmad Oqbah, M.Ag mengatakan bahwa istilah muslim
merupakan sebutan umum yang disematkan terhadap umat Islam. Sedangkan
seorang muslim, mempunyai derajat yang bertingkat-tingkat.
Misalnya, kata Direktur Islamic Center al-Islam Bekasi Jawa Barat
ini, sebutan munafiq bukan berarti umat Islam yang di indikasikan
munafik seperti Abdullah bin Ubay pada zaman Rasulullah SAW adalah
Kafir. Untuk itu, dalam Al Qur’an ayat yang berbunyi :
“Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari
dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi
saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia,” (QS. Al Hajj 22 : 78) merupakan dalil umum.
“Muslim itu, munafiq ya muslim. Jadi kalau ada yang menggunakan hujah
dalam surah Al Hajj (ayat 78 -red) itu, itukan dalil umum,” kata ustadz
Fariq Oqbah kepada voa-islam.com pada Kamis (25/7/2013).
...Kalau ada orang yang menyatakan dirinya muslim, bukan ahlu sunnah juga bukan Syi’i, orang munafik itu muslim juga. Sekarang kalau Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengatakan ‘alaikum bi sunnati wa sunnati khulafa’ur-rasyidin, makanya kita mengatakan sunni atau ahlu sunnah...
Sedangkan, antara agama Islam dengan Syi’ah dari segi keyakinan dan
amalan ibadah sangat berbeda sekali. Maka, lanjut ustadz Farid Oqbah,
Syi’ah bukanlah termasuk madzhab dalam Islam dan bagian dari Umat Islam.
Pemerhati kelompok sesat dan pakar Syi’ah ini juga menyayangkan
sebagian orang dan komunitas yang tidak bisa bersikap tegas terhadap
Syi’ah. Menurutnya, orang yang tidak tegas terhadap Syi’ah itu orang yang bermasalah.
Bahkan dengan sikap tidak tegasnya tersebut, akhirnya membuat bimbang
untuk menyatakan dan menyebut dirinya sebagai seorang muslim sunni atau
ahlu sunnah. Padahal, sebutan sunni merupakan perintah Rasulullah SAW
yang termaktub didalam hadits.
“Kalau ada orang yang menyatakan dirinya muslim, bukan ahlu sunnah
juga bukan Syi’i, orang munafik itu muslim juga. Sekarang kalau
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengatakan ‘alaikum bi sunnati wa sunnati khulafa’ur-rasyidin, makanya kita mengatakan sunni atau ahlu sunnah,” terangnya.
...Fa’alaikum bi sunnati itukan perintah Rasulullah. Makanya kita mengatakan diri kita yang mengikuti Rasulullah sebagai sunni. Gak ada kita menemukan Rasulullah berkata ‘alaikum bis-syi’ah, gak ada itu...
“Itukan perintah Rasulullah, fa’alaikum bi sunnati itukan
perintah Rasulullah. Makanya kita mengatakan diri kita yang mengikuti
Rasulullah sebagai sunni. Gak ada kita menemukan Rasulullah berkata ‘alaikum bis-syi’ah, gak ada itu,” tegasnya.
Dengan perbedaan yang sangat mendasar antara Islam dan Syi’ah itu,
pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini
menghimbau sejumlah tokoh umat Islam harus punya sikap tegas terhadap kelompok sesat Syi'ah agar umat tidak mencurigainya sebagai bagian dari Syi’ah.
“Maknanya apa itu? Jadi kalau ada orang yang mengklaim dirinya ahli
hadits, ngerti hadits, tapi terhadap Syi’ah sikapnya seperti itu,
(berarti ada yang -red) bermasalah,” tandasnya. [Khalid Khalifah]/voa-islam.com