Hari Jumat malam (12/7/2013) bertempat di Masjid Istiqlal, Sumber diadakan Kajian Islamiyah dengan judul “Keunggulan Suni Terhadap Syiah”. Diisi oleh Ustad Mudzakir, kajian tersebut dihadiri hampir seribu orang baik ikhwan maupun akhwat.
Dalam
kajiannya, Ustad Mudzakir memberikan beberapa uraian perbedaan tentang
pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan Syiah. Diantara perbedaan tersebut
antara lain, pemahaman permusuhan akan Khulafaurasydin dengan Ali bin
Abi Thalib. Kaum Syiah menganggap bahwa Kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan
Ustman tertolak, bahkan mengatakan bahwa mereka bertiga dan Aisyah RA
kafir, sedangkan sebaliknya Ahlu Sunnah menerimanya. Kedua, Syiah hanya
menerima hadits yang bersanad dari golongan ahlul bait. Sedangkan Ahlu Sunnah menerima semua hadits dengan riwayat sahih termasuk dari golongan ahlul bait. Dan masih banyak yang lainnya, sehingga bisa disimpulkan bahwa pemahaman Suni lebih unggul dibandingkan Syiah.
Memasuki
sesi tanya jawab, peserta diskusi mulai memberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran pembicara sebagai penganut
Syiah. “ Banyak tokoh menyebut diri anda adalah Imam Syiah, ada pula
yang menyebut penghianat Syiah, sedang murid anda menyebut anda bukan
Syiah. Mana yang benar? Bisakah panjenengan dengan lantang
mengakui di depan jamaah bahwa anda Suni dan Syiah itu sesat”, kata
salah seorang peserta. Pertanyaan tersebut tidak ditanggapi secara
memuaskan oleh Ustad Mudzakir. “Tidak masalah jika saya dibicarakan
seperti demikian, kebenaran kita tunggu saja di padang mahsyar kelak”,
jawabnya.
Tidak
puas dengan klarifikasi yang diberikan, Ustadzah Dewi Purnamawati
(mantan biarawati) secara keras kembali meminta jawaban yang tegas dari
pembicara.”Tolong Ustad, berikan jawaban kepada kita dengan tegas, agar
umat tidak saling berselisih. Jika begini, orang kafir yang akan
bertepuk tangan” ujar perempuan yang sebelumnya beragama nasrani. Namun
kembali peserta tidak mendapat jawaban yang diinginkan. Ustadz Mudzakir
hanya menjawab “Saya muslim”. Suasanapun sempat memanas, hingga keadaan
mereda setelah Ustad Mu’inudinullah memberi kesimpulan bahwa semua yang
memusuhi shohabat dan menolak kebenaran Al Quran mereka semua termasuk
orang-orang kafir.
Ditempat
berbeda, Syahid salah satu peserta kajian juga mengungkapakan
kekecwaannya atas jawaban yang disampaikan pemateri. “Seharusnya bisa
lebih tegas, untuk Ahmadiyah saja bisa tegas. Mengapa kalau Syiah masih
ditahan-tahan”.
Namun
disisi lain acara tersebut merupakan gebrakan luar biasa yang
diagendakan oleh ta’mir masjid Istiqlal. Sebab jika menilik sejarah di
Solo kasus “fitnah” yang dialamatkan terhadap pimpinan Ponpes Al Islam
Gumuk tersebut telah berlangsung puluhan tahun. Bahkan semenjak jaman
Ust Abdullah Sunkar, Ust Abu Bakar Ba’asyir. Tetapi belum bisa diadakan
klarifikasi seperti Jumat malam tersebut.
Meski
ketegasan Ust Mudzakir belum disampaikan setidaknya ikhtiar untuk
mengklarifikasi sudah coba diagendakan. Kedepan pengurus Dewan Syariah
berencana untuk mengagendakan tahap selanjutnya yaitu mempertemukan
ulama dan tokoh Islam Solo dan Ust Mudzakir. Semoga agenda tersebut bisa
terlaksana dengan lancar sehingga prasangka umat bisa tertanggulangi. / fujamas.net