Untuk dapat menciptakan dan menumbuhkan sosok seorang muslim -
muslimah yang kuat dan tegas karakternya, serta teguh pendiriannya dalam
memegang syariat Allah, diperlukan suatu proses yang panjang dan
kontinyu.
Disamping itu, penciptaan karakter seorang muslim yang tangguh
tersebut juga tidak bisa berdiri sendiri. Pendidikan dan pelatihan
ruhaniyah serta jasmaniyah juga sangat diperlukan guna menunjang sosok
muslim dan muslimah yang mampu menghadapi dekadensi moral yang sangat
sistemik akhir-akhir ini.
Melalui sarana pendidikan dan peradaban, orang-orang kafir telah
“berhasil” mengkolaborasikan dan mencampuradukkan metode atau sistem
pendidikan barat yang merusak dan pendidikan islam yang memberikan
cahaya dan petunjuk. Padahal, kedua sistem pendidikan tersebut jauh
sekali perbedaannya sebagaimana barat dan timur.
“Dan disini yang harus saya tegaskan bahwa, didalam menumbuhkan
sebuah karakter atau kata lain adalah kepribadian yang islami, ini
memang membutuhkan satu proses, proses dimana hal ini harus dilakukan
bersama,” ujar Ustadz Dr. H. Amir Mahmud al-Ma’ruf, S.Sos saat mengisi
kajian tematik “Pemikiran Dan Peradaban Islam – Islam Dalam Menumbuhkan
Karakter” dimasjid Al Huda Belangwetan, Klaten, Senin (8/4/2013)
kemarin.
Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
ini menjelaskan, bahwa seorang muslim, terlebih dia seorang pemimpin,
harus bisa bersikap tegas dan tanggap dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, jika dalam komunitas dan komoditas yang dipimpinnya itu ada
beragam bentuk dan macam masyarakat yang ada (majemuk), maka dia tetap
harus menunjukkan aqidah dan akhlaq seorang muslim.
Aqidah dan akhlaq seorang muslim adalah senantiasa tidak tenang jika
ada kemaksiatan dan kemungkaran berada dalam lingkup wilayahnya. Maka,
jika sekarang ini di Indonesia sedang ramai memperbincangkan tentang pro
kontra akan digelarnya Miss World 2013 di Bali dan Bogor, tidak akan
ada perdebatan lagi jika seorang pemimpin muslim dengan tegas menolak
ajang pamer aurat tersebut.
“Maka tidak patut bagi kita sebagai hamba Allah yang mengaku sebagai
muslim, apalagi dia seorang pemimpin, dia menumbuhkan kepribadiannya itu
tumbuh dari komoditas yang disana itu, benih-benih kekafiran,
kejahiliyahan, kemaksiatan itu masih tertanam, kemudian berdiam diri
dari itu semua” tegasnya.
Menurut Doktor bidang sosial dan kebudayaan Islam ini, tak ada alasan
bagi seorang muslim untuk tidak menolak sebuah kemaksiatan yang jelas
sekali berada didepan mata seperti Miss World tersebut.
Jika dia masih berpegang teguh dengan ke-Islamannya, maka tidak boleh
bersikap dan berkepribadian ganda. Jadi tidak boleh pula menolak
kemaksiatan yang nyata sekali kemaksiatannya, dengan mengajukan beberapa
syarat agar kemaksiatan tersebut bisa tetap berlangsung.
“Jadi omong kosong, tidak mungkin, suatu kepribadian seorang muslim itu akan tumbuh dua. (Kalau tidak -red) Muslim atau Kafir, Islam atau jahiliyyah, tauhid atau syirik. Nah, bagi kita adalah isyhadu bi ana muslim,
saksikanlah tunjukkanlah bahwasanya saya ini atau kami ini adalah
seorang muslim. Tidak ada kata lain bagi seorang muslim untuk
berkata-kata ganda (dalam kemaksiatan -red),” tandasnya. [Bekti]/voa-islam.com