Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah.
Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-,
keluarga dan para sahabatnya.
Membaca Al-Qur'an adalah ibadah yang
agung. Melaluinya, seseorang memperoleh hidayah, ketentraman, dan
nutrisi bagi hatinya. Pahalanya juga besar. Setiap huruf diganjar dengan
sepuluh kebaikan.
Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha
berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
الْمَاهِرُ
بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ
الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
"Orang yang pandai membaca Al-Qur'an
akan bersama para malaikat mulia lagi taat. Sedangkan yang membaca
Al-Qur'an dengan terbata-bata dan ia mendapati kesulitan, baginya dua
pahala." (HR. Muslim)
Imam al-Tirmidzi meriwayatkan hadits
yang dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda,
مَنْ
قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ
بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُوْلُ آلم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ
وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ
"Siapa yang membaca satu huruf dari
Kitabullah maka baginya satu hasanah (kebaikan). Dan satu kebaikan
dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Tidaklah aku membaca Aliif
Laam Miim itu satu huruf, tetapi Aliif itu
satu huruf, Laam itu satu huruf, dan Miim itu
satu huruf." (HR. Al-Tirmidzi)
Jadi besarnya pahala diikat dengan
membacanya. Dan membaca sebagaimana yang sudah maklum adalah dengan
menggerakkan bibir dan lisan sehingga terdengar suaranya, minimal oleh
dirinya sendiri. Lalu bagaimana dengan orang yang membaca Al-Qur'an
hanya dengan melihatnya dan membaca dengan hatinya, apakah ia akan
memperoleh pahala di atas?
Menjalawab persoalan ini, Syaikh
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin telah menjawabnya. Beliau berpendapat,
bahwa seseorang tidak mendapatkan pahala membaca Al-Qur'an yang telah
dijanjikan kecuali apabila ia mengucapkan (membaca) Al-Qur'an. Dan
membaca itu dengan menggerakkan dua bibir dan lisan.
Beliau melanjutkan, "Adapun orang yang
hanya melihat tulisan dan huruf dengan matanya dan mengikutinya dengan
hatinya, maka orang ini tidak membaca. Seseorang tidak boleh
membiasakannya. Sebab, apabila membiasakan hal itu maka semua bacaannya
bernilai sesuai hal ini."
"Realita ini sebagaimana dilakukan
sebagian orang, engkau temukan ia membolak-balik mushaf, kepalanya
menggeleng ke kanan dan ke kiri mengikuti tulisan. Tidak lama ia
berpindah ke halaman kedua dalam waktu sangat singkat. Sehingga engkau
yakin bahwa ia tidak membaca Al-Qur'an dengan mengucapkannya," tambah
beliau.
. . . orang yang tidak membaca dengan mengucapkannya maka ia tidak diberi pahala orang yang membaca Al-Qur'an. . .
Ringkasnya, orang yang tidak membaca
dengan mengucapkannya maka ia tidak diberi pahala orang yang membaca
Al-Qur'an. Ini point yang pertama.
Kedua, kami nasehatkan kepada
saudara-saudara kami, jauhilah cara membaca semacam ini. Yakni, membaca
Al-Qur'an hanya dengan mata dan hatinya semata. jika terus melakukan ini
maka mereka tidak mendapatkan kebaikan (pahala) yang banyak. (Sumber:
Situs Resmi milik Fadhilah al-Syaikh al-'Allaamah Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin, binothaimeen.com, dengan judul: Hal Yajuuzu Lii an
Aqra-a Al-Qur'an Biduuni al-Nuthqi Bilhuruf?)
Fatwa Syaikh Ibnu Bazz
Syaikh Abdul Aziz bin Bazz berpendapat
demikian. Beliau berkata, "Tidak ada larangan melihat isi Al-Qur'an
untuk mentadabburi dan memahami maknanya, tanpa membaca. Tetapi ia tidak
disebut membaca. Ia tidak mendapat keutamaan membaca kecuali apabila ia
melafadzkan Al-Qur'an walau orang di sekitarnya tidak sampai
mendengarnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam,
اقْرَءُوا
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
"Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya ia
akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat kepada pembacanya."
(HR. Muslim)
Maksud beliau Shallallahu 'Alaihi
Wasallam ditujukan kepada para sahabatnya yang sedang mengamalkan
Al-Qur'an. Sebagaimana terdapat dalam beberapa hadits lainnya, beliau Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari
Kitabullah maka baginya satu hasanah (kebaikan). Dan satu kebaikan
dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan." (HR. Al-Tirmidzi dan
al-Daarimi dengan sanad yang shahih)
Tidak disebut membaca kecuali apabila ia
melafadzkannya sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama.
Wallahu Waliyyut Taufiq. (Dinukil dari www.binbaz.org.sa; judul: Man
Yandhuru fii al-Mushaf Duuna Tahriik al-Syafatain, Hal Yutsaabu 'Alaa
Dzalik?)
. . . Pahala besar membaca Al-Qur'an diperoleh dengan membacanya dengan lisan dan menggerakkan kadua bibir sehingga terdengar, walau oleh dirinya sendiri saja. . .
Kesimpulan
Pahala besar membaca Al-Qur'an yang
telah dijanjikan diperoleh dengan membacanya dengan lisan dan
menggerakkan kadua bibir sehingga terdengar, walau oleh dirinya sendiri
saja. Sedangkan membacanya dengan melihat mushaf dan direnungi dengan
hati saja –tanpa melafadzkannya- tidak akan mendapat keutamaan membaca
Al-Qur'an yang telah dijanjikan. Wallahu Ta'ala A'alm.
[PurWD/voa-islam.com]
Oleh : Ustadz Badrul Tamam