Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: termasuk salah satu doa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
“Sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari
berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang
datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim)
Penjelasan
Ini adalah salah satu doa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
yang sangat agung. Di dalamnya berisi perlindungan dari 4 perkara yang
dibenci dan ditakutkan setiap muslim. Yaitu hilangnya nikmat, berubahnya
kesehatan, siksa yang datangnya tiba-tiba, dan seluruh kemurkaan Allah.
Dimintakankan kepada Allah karena Dia pemilik kebaikan dan
kemudharatan. Jika Allah sudah menghendaki kebaikan untuk hamba, tidak
ada yang bisa mencegahnya. Sebaliknya, jika Dia menghendaki keburukan
atas hamba maka tidak ada yang bisa mencegahnya. Karena Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan jika Allah menimpakan suatu
kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia
sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha
Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. AL-An’am: 17)
Hilangnya Nikmat
Maksudnya berlindung kepada Allah dari
hilangnya nikmat-nikmat Allah yang dzahir maupun yang batin. Nikmat
berkaitan dengan materi duniawi atau dien masuk di dalamnya. Dan nikmat
agama (Islam) adalah lebih paling agung.
Nikmat-nikmat ini, tidak ada yang mengetahui detailnya kecuali Allah Ta’ala. “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. Al-Nahl: 18)
Doa ini mengandung makna agar Allah
menjaga nikmat-nikmat tersebut dan menambahkannya untuk dirinya. Dan
terjaga dan bertambahnya nikmat itu dengan syukur.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." (QS. Al-Ibrahim: 7)
Menurut imam Ibnu Katsir rahimahullah,
"Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku kepadamu, pasti Aku akan tambah
dari nikmat itu untukmu." {dan jika kalian kufur}, maksudnya: kalian
mengufuri nikmat-nikmat, menyembunyikan dan mengingkarinya {maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih} dan itu dengan diangkatnya nikmat itu dari mereka dan menyiksa mereka atas kekufuran terhadap nikmat-nikmat tadi."
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Ikatlah nikmat-nikmat Allah ‘Azza wa Jalla dengan bersyukur kepada-Nya.”
Maka doa isti’adzah ini mengandung
permintaan agar diberi taufik menyukuri nikmat-nikmat Allah dan
terjerumus ke dalam maksiat. Karena maksiat akan menghilangkan nikmat.
Berubahnya Kesehatan
‘Afiyah adalah selamat dari sakit,
bencana dan musibah. Berlindung dari berubahnya kesehatan adalah meminta
kepada Allah agar tidak merubah ‘afiyah tadi menjadi sakit, tertimpa
bala’ dan musibah. Maka doa ini, secara tidak langsung, meminta
senantiasa sehat dan sejahtera.
Kenapa berlindung dari berubahnya
kesehatan dan kesejahteraan? Karena hilangnya kesehatan dan
kesejahteraan menyebabkan hidup terasa tidak nyaman. Ia tidak bisa
bekerja untuk dunianya atau melaksanakan perintah-perintah agama.
Apalagi sakit, bencana, dan bencana sering menyebabkan orang berkeluh
kesah, tidak terima kepada keputusan takdir, marah kepada Allah, tidak
ridha terhadap qadha’-Nya, dan tidak mau lagi beribadah kepada-Nya.
Datangnya Siksa Secara Tiba-tiba
Fuja-atun Niqmah artinya hukuman atau siksa yang datangnya tiba-tiba atau mendadak, tanpa diprediksi sebelumnya.
Hukuman berupa kecelakaan yang membuat
cacat, kematian mendadak, bencana dan musibah yang menghabiskan harta,
atau semisalnya yang datang secara tiba-tiba akan sangat berat
ditanggung jiwa. Berbeda kalau datangnya diawali dengan sinyal dan
bertahap. Terlebih, korbannya tidak memiliki kesempatan lebih untuk
meminta ampun, bertaubat, dan menyiapkan amal-amal kebaikan.
Semua Kemurkaan Allah
Maksud berlindung dari semua kemurkaan Allah adalah berlindung dari sebab-sebab yang mendatangkan murka Allah ‘Azza wa Jalla
dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Siapa yang Allah murka
kepadanya sungguh ia celaka dan merugi. Kemurkaan Allah disebabkan
kemaksiatan hamba. Bisa berupa meninggalkan perintah atau menerjang
larangan. Terkadang, maksiat yang menyebabkan Allah murka sesuatu yang
remeh di mata manusia. Karenanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berlindung dari semua kemurkaan-Nya.
Apabila sebab-sebab yang mengundang kemurkaan Allah hilang dari hamba maka ia mendapatkan lawannya, yakni ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Oleh ustadz badrul tamam
Oleh ustadz badrul tamam