Menggugat JIN : JEMAAT ISLAM NUSANTARA
1. ISLAM PENDATANG
2. PRIBUMISASI ISLAM
3. TOLAK ARABISASI
4. AMBIL ISLAM BUANG ARAB
FITNAH JIN
LIR ILIR - https://youtu.be/wXaN-SqbHpc
2. Dzikir ADUH GUSTI yang populer di masyarakat Sunda :
Ilaahii Lastu Lil Firdausi Ahlan Wa Laa Aqwaa 'Alaa Naaril Jahiimi
Fahablii Taubatan Waghfir Dzunuubii Fa Innaka Ghoofirudz Dzanbil 'Azhiimi ...
Aduh Gusti, abdi sanes ahli Surga Namun hante kiat Nahan panas Neraka
Mugi Gusti, kersa maparinan tobat
Ngahampura dosa Abdi anu lepat
KESIMPULAN
Na'uudzu Billaahi Min Dzaalik ..
HABIB MUHAMMAD
Sejak
terbitnya Fatwa MUI pada tahun 2005 tentang kesesatan SEPILIS
(Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme), maka kalangan Sepilis sibuk
mencari nama baru yang manipulatif sehingga mudah menipu, menjebak dan
membodohi masyarakat awam.
Akhirnya,
mereka gonta-ganti nama, sebentar Islam Moderat, sebentar Islam
Inklusif, sebentar lagi Islam Multikulturalisme, namun tetap tidak laku,
karena masih ada aroma bahasa asing (Inggris), sehingga tetap dicurigai
oleh masyarakat.
Kini,
mereka menggunakan nama yang bisa lebih akrab dengan masyarakat
Indonesia, dengan aroma Kebangsaan dan Nasionalisme Indonesia, yaitu
ISLAM NUSANTARA. Namun isinya tetap beraroma SEPILIS, karena
jargonnya tetap sama, yaitu : Human Right, Freedom and Local Wisdom
(HAM, Kebebasan dan Kearifan Lokal).
Atas nama Budaya Nusantara, JIN pelan tapi pasti ingin menggerus ajaran Islam. Saat ini, PROPAGANDA JIN, antara lain :aroma Kebangsaan dan Nasionalisme Indonesia, yaitu ISLAM NUSANTARA, Namun isinya tetap beraroma SEPILIS, karena jargonnya tetap sama, yaitu : Human Right, Freedom and Local Wisdom (HAM, Kebebasan dan Kearifan Lokal). Hanya saja kali ini, JIN lebih mengedepankan Misi Budaya.
1. ISLAM PENDATANG
Bagi JIN bahwa Islam di Indonesia adalah "pendatang" dari Arab yang "numpang", bukan agama "asli" bangsa Indonesia.
TANGGAPAN :
Islam adalah agama asli yang turun dari Langit untuk seluruh penduduk
Bumi, karena Islam datang dari Allah SWT Sang Pemilik Alam Semesta,
sehingga Islam dimana saja di atas Bumi Allah SWT akan selalu menjadi
agama "Asli" yang "Pribumi", dan tidak akan pernah jadi "Pendatang".
Jadi, Islam bukan dari Arab, tapi dari Langit yang diturunkan pertama
kali di tengah orang Arab, kemudian disebarkan ke seluruh Dunia.
2. PRIBUMISASI ISLAM
Islam sebagai pendatang dari Arab harus tunduk dan patuh kepada
Indonesia selaku Pribumi, sehingga Islam harus siap "Dipribumisasikan"
agar tunduk kepada Budaya setempat Karenanya, tidak boleh lagi ada
istilah "Islamisasi Indonesia", tapi yang mesti dilaksanakan adalah
"Indonesia-isasi Islam". Jadi, jangan pernah katakan "Indonesia Negara
Islam", tapi katakanlah "Islam ada di Indonesia".
TANGGAPAN :
Jika pola pikir ini benar, maka Islam di China mesti di-Cina-isasi, dan
Islam di India mesti di-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti
di-Amerika-isasi, dan seterusnya, sehingga Islam di Dunia jadi
bermacam-macam dan berjenis-jenis sesuai negerinya. Jika mundur lagi ke
belakang, mestinya saat Islam ada di tengah masyarakat Jahiliyyah, maka
Islam harus di-Jahiliyyah-isasi. Jelas, pola pikir di atas ngawur dan
tidak ilmiah, bahkan sesat menyesatkan.
Islam yang ada di Indonesia selama ini adalah "Islam Arab", sehingga
Budaya Nusantara terancam dan tergerus oleh Arabisasi. Karenanya, di
Indonesia semua Budaya Arab yang menyusup dalam Islam harus diganti
dengan Budaya Nusantara, sehingga ke depan terwujud "Islam Nusantara"
yang khas bagi Bangsa Indonesia. Intinya, JIN menolak semua Budaya Islam
yang beraroma Arab, karena dalam pandangan mereka semua itu adalah
"Arabisasi Islam", sehingga perlu ada Gerakan "Indonesia-isasi Islam" di
Nusantara.
TANGGAPAN :
Rasulullah SAW diutus di tengah Bangsa Arab untuk meng-Islam-kan Arab,
bukan meng-Arab-kan Islam. Bahkan untuk meng-Islam-kan seluruh
Bangsa-Bangsa di Dunia, bukan untuk meng-Arab-kan mereka. Jadi, tidak
ada Arabisasi dalam Islam, yang ada adalah Islamisasi segenap umat
manusia.
Islam
sebagai pendatang dari Arab tidak boleh mengatur apalagi menjajah
Indonesia, tapi Islam harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku
Pribumi. Karenanya, Bangsa Indonesia boleh ambil Budaya Islam, tapi
wajib tolak Budaya Arab, agar supaya Budaya Nusantara tidak terjajah dan
tidak pula tergerus oleh Budaya Arab.
TANGGAPAN :
Ini adalah Propaganda Busuk JIN yang ingin menolak Budaya Islam dengan
"dalih" Budaya Arab. Pada akhirnya nanti, semua ajaran Islam yang
ditolak dan tidak disukai JIN, akan dikatakan sebagai "Budaya Arab". Dan
propaganda ini sangat berbahaya, karena menumbuh-suburkan sikap RASIS
dan FASIS, serta melahirkan sikap ANTI ARAB, yang pada akhirnya
mengkristal jadi ANTI ISLAM.
5. AMBIL ISLAM BUANG JILBAB
Menurut
JIN bahwa Jilbab adalah Budaya Arab karena merupakan pakaian Wanita
Arab, sehingga harus diganti dengan pakaian adat Nusantara.
TANGGAPAN :
JIN buta sejarah, karena di zaman Jahiliyyah, masyarakat Arab tidak
kenal Jilbab, dan Wanita Arab tidak berjilbab. Bahkan Wanita Arab saat
itu terkenal dengan pakaian yang umbar aurat dan pamer kecantikan, serta
Tradisi Tari Perut yang buka puser dan paha. Lalu datang Islam
mewajibkan Wanita Muslimah untuk berjilbab menutup Aurat, sehingga
Wanita Muslimah jadi berbeda dengan Wanita Musyrikah. Dengan demikian,
Jilbab adalah Busana Islam bukan Busana Arab, dan Jilbab adalah
Kewajiban Agama bukan Tradisi dan Budaya.
6. AMBIL ISLAM BUANG SALAM
Ucapan "Assalaamu 'Alaikum" adalah Budaya Arab, sehingga harus diganti
dengan "Salam Sejahtera" agar bernuansa Nusantara dan lebih menunjukkan
jatidiri Bangsa Indonesia.
TANGGAPAN : Lagi-lagi JIN buta sejarah, karena di zaman Jahiliyyah, salam masyarakat Arab adalalah "Wa Shobaahaah", bukan "Assalaamu 'Alaikum".
Lalu datang Islam yang mengajarkan umatnya salam syar'i antar kaum
muslimin, yaitu "Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh".
Jadi, "Assalaamu 'Alaikum" adalah "Tahiyyatul Islam" bukan "Tahiyyatul
'Arab."
7. AMBIL TILAWAH QUR'AN BUANG LANGGAM ARABNYA
Termasuk Baca Al-Qur'an tidak perlu lagi dengan Langgam Arab, tapi
sudah saatnya diganti dengan Langgam Nusantara seperti Langgam Jawa dan
Sunda atau lainnya, agar supaya lebih Indonesia.
TANGGAPAN : Membaca Al-Qur'an dengan Langgam Arab bukan kemauan orang Arab, akan tetapi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Dan karena Al-Qur'an diturunkan dalam Bahasa Arab, tentu membacanya
harus dengan Langgam Arab, agar sesuai dengan intonasi makna dan arti.
Dan itu pun tidak tiap Langgam Arab boleh untuk Tilawah Al-Qur'an.
Langgam Gambus dan Langgam Qoshidah berasal dari Arab, tapi tidak
boleh digunakan untuk Tilawah Al-Qur'an, karena keduanya adalah Langgam
Seni dan Budaya serta Musik dan Hiburan.
Apalagi Langgam Tari Perut yang merupakan Langgam Seni dan Budaya
Arab untuk pertunjukan ma'siat, lebih tidak boleh digunakan untuk
Tilawah Al-Qur'an.
Karenanya, membaca Al-Qur'an dengan Langgam selain Arab tidak
diperkenankan, karena memang tidak sesuai dengan pakem Bahasa Arab,
sehingga tidak akan sesuai dengan intonasi makna dan arti.
Apalagi dengan Langgam Seni dan Budaya selain Arab yang digunakan
untuk hiburan dan pertunjukan, seperti Langgam Dalang Pewayangan,
Langgam Sinden Jaipongan, Langgam
Gambang Kromong, dan sebagainya, tentu lebih tidak boleh lagi.
Allah SWT telah menganugerahkan Bangsa Indonesia kefasihan dalam
Lisan Arab, sehingga dari Sabang sampai Merauke, orang dewasa maupun
anak-anak, sangat fasih dalam mengucapkan lafzhul Jalalah "Allah" dan
aneka Dzikir seperti "Subhanallah wal Hamdulillaah wa Laa ilaaha
illallaah wallaahu Akbar." Dan mereka pun sangat fasih juga dalam
membaca Al-Qur'an.
Bahkan Bangsa Indonesia sangat Ahli dalam Ilmu Tajwid dan amat piawai
dalam Tilawatil Al-Qur'an dengan Langgam Arab, sehingga di hampir
setiap Musabaqoh Tilawatil Qur'an Internasional, para Qori Indonesia
banyak sukses dan berhasil keluar jadi Juara Dunia Tilawah.
Karenanya, pembacaan Al-Qur'an dengan Langgam Dalang Pewayangan
adalah "Kemunduran", dimana Bangsa Indonesia yang sudah sangat maju
dalam Tilawatil Qur'an, hingga mengungguli Bangsa Arab sekali pun, lalu
dibawa mundur jauh ke Alam Mitos Pewayangan di zaman Semar dan Petruk.
8. AMBIL AL-QUR'AN BUANG BAHASA ARABNYA
Baca Al-Qur'an tidak mesti dengan Bahasa Arab, tapi cukup dengan
terjemah Indonesianya saja, agar umat Islam Indonesia bisa langsung
menyimak dan memahami makna dan arti ayat-ayat yang dibaca.
TANGGAPAN : Inilah tujuan sebenarnya dari Propaganda
JIN yaitu menjauhkan Al-Qur'an dari umat Islam, karena mereka paham
betul bahwa Ruh dan Jiwa Islam adalah Al-Qur'an.
Bagi JIN, siapa ingin hancurkan dan lenyapkan Islam, hancurkan dan lenyapkanlah Al-Qur'annya.
Jadi jelas sudah, bahwa yang diserang JIN sebenarnya bukan Arab, tapi Islam.
Karenanya, selain yang sudah disebutkan di atas, JIN juga melakukan
aneka ragam propaganda ANTI ARABISASI untuk merealisasikan tujuan
busuknya, antara lain :
a. Menolak istilah-istilah yang diambil dari Bahasa Arab, hingga
sebutan Abi dan Ummi pun mereka kritisi, sehingga harus diganti dengan
istilah-istilah Indonesia, tapi lucunya mereka alergi dengan istilah
Arab namun sangat suka dan amat fasih menggunakan istilah-istilah Barat.
b. Menolak penamaan anak dengan nama-nama Islam yang diambil dari
Bahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia. Tapi
lucunya mereka senang dan bangga dengan penamaan anak Indonesia dengan
nama-nama Barat dengan dalih lebih modern, walau pun bukan nama
Indonesia.
c. Bahkan mulai ada rumor penolakan terhadap pengkafanan mayyit
dengan Kain Putih karena beraroma Tradisi Arab, sehingga perlu diganti
dengan Kain Batik agar kental aroma Indonesia. Bahkan mereka mulai
tertarik dengan pakaian Jas dan Dasi Barat buat mayyit sebagaimana
pengurusan Jenazah Non Islam, dengan dalih jauh lebih keren dan rapih
ketimbang "pocong", walau bukan Budaya Indonesia.
Jika ada yang menolak gerakan JIN, maka serta merta dituduh dan
difitnah : Tidak Nasionalis dan Tidak Pancasilais, serta Anti Kebangsaan
dan Anti Nusantara, juga Intoleransi dan Fundamentalis, bahkan
Ekstrimis dan Teroris.
Padahal, Islam tidak mengenal RASIS dan FASIS. Siapa pun manusianya,
apa pun suku bangsanya, selama mereka beriman kepada Allah SWT dan
Rasulullah SAW maka mereka bersaudara.
Dan umat Islam sangat menghargai Seni dan Budaya Bangsa-Bangsa di Dunia, selama tidak melanggar Syariat Islam.
Karenanya, umat Islam di Indonesia sangat terbuka menggunakan Langgam
aneka daerah dalam Da'wah melalui seni Qashidah dan Sholawat serta
Syair Islam, sebagaimana pernah dilakukan para Wali Songo ketika
menyebar-luaskan Islam ke seluruh Nusantara. Namun tidak untuk Tilawatil
Qur'an.
Lihat saja, aneka Syair Sholawat dan Dzikir serta Doa di berbagai daerah se-Nusantara, antara lain ;
1. Sholawat PADANG BULAN dan LIR ILIR yang masyhur di masyarakat
Jawa, dan sering dibawakan oleh Habib Syeikh bin Abdul Qodir Assegaf
dari Solo. Lihat linknya di You Tube :
PADANG BULAN - https://youtu.be/604Ji65mWB8LIR ILIR - https://youtu.be/wXaN-SqbHpc
2. Dzikir ADUH GUSTI yang populer di masyarakat Sunda :
Ilaahii Lastu Lil Firdausi Ahlan Wa Laa Aqwaa 'Alaa Naaril Jahiimi
Fahablii Taubatan Waghfir Dzunuubii Fa Innaka Ghoofirudz Dzanbil 'Azhiimi ...
Aduh Gusti, abdi sanes ahli Surga Namun hante kiat Nahan panas Neraka
Mugi Gusti, kersa maparinan tobat
Ngahampura dosa Abdi anu lepat
KESIMPULAN
JIN (Jemaat Islam Nusantara) merupakan paham yang sesat dan
menyesatkan, serta bukan dari ajaran Islam, sehingga wajib ditolak dan
dilawan serta diluruskan.
JIN adalah Gerombolan RASIS dan FASIS yang ANTI ARAB, bahkan ANTI
ISLAM. Jika mereka bisa mendapatkan jalan untuk menolak KEARABAN bahasa
Al-Qur'an atau KEARABAN suku bangsa Nabi Muhammad SAW dan Keluarga serta
para Shahabatnya, niscaya akan mereka lakukan, saking bencinya terhadap
Arab, dan dengkinya terhadap Islam.
Na'uudzu Billaahi Min Dzaalik ..
HABIB MUHAMMAD