Syafril
Nasution, Corporate Affairs Director RCTI saat berdialog dengan delegasi
Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) menjelaskan bahwa kontes Miss World
berbeda dengan Miss Universe dan Miss yang lainnya.
Menurutnya, Miss World lebih menonjolkan sisi sosial para kontestan wanita dari berbagai penjuru dunia itu.
“Mengenai
Miss World ini kan, ini yang diawali di Inggris. Ini yang ke 63 kali
dan kontes ini berpatokan kepada sosial. Karena yang ditampilkan adalah
seorang wanita, maka namanya Miss,” ujar Syafril Nasution di ruang
Auditorium MNC Tower, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, pada Jum’at
(30/8/2013).
Syafril
mewakili panitia Miss World yang digelar di Indonesia ini mengaku bahwa
kontes tersebut tidak mengeksploitasi keindahan tubuh wanita.
“Jadi
lebih kepada faktor sosialnya yang harus ditampilkan sehingga bukan
kepada –mohon maaf- keindahan tubuh dan keindahan muka,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur JAT Media Center (JMC), Son Hadi menyampaikan tanggapan yang tak mampu disanggah panitia Miss World.
“Tadi
dijelaskan oleh pak Syafril bahwa kontes ini bukan mengeksploitasi fisik
aurat wanita. Tapi pada kenyataannya saya yakin, kalau ada orang
Indonesia, tubuhnya gemuk beratnya lebih dari 90 Kg lalu bibirnya
sumbing, daftar Miss World pasti gagal,” ujar Son Hadi di hadapan
panitia Miss World; Syafril Nasution, Budi Santosa (Pemred Okezone),
Gaib Maruto Sigit (Wakil Pemred Radio Sindo & Trijaya FM), Aji dan
Sururi Al Faruq (Pemred Koran Sindo).
Ia menambahkan, soal jiwa sosial dan kecerdasan yang dalam kontes Miss World hanyalah lip service belaka.
“Adapun
kecerdasan, rasa sosial itu merupakan lip service, sebab apakah
keseharian mereka seperti itu, riil dalam kehidupan nyata? Jadi kita
realistis saja,” tegasnya.
Son hadi
pun mengingatkan para panitia Miss World yang kebetulan semua beragama
Islam itu agar jangan sampai menjadi para pengundang adzab Allah.
“Jadi jelas ini faktor eksploitasi aurat, ini yang diharamkan dalam Islam. Apakah kita ingin -na’udzubillah min dzalik- jadi orang-orang pengundang adzab?” ujarnya.
Menurutnya, dalam Islam seseorang itu mulia bukan lantaran parasnya, namun karena ketakwaannya.
“Islam mengajarkan kepada kita bahwa, inna akramakum ‘indallahi atqakum
(Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu),” tandasnya. [Ahmed Widad] / voa-islam.com