Ustadz
Abu Bakar Ba’asyir dan Ustadz Mudzakir adalah dua sosok panutan di tanah
air, khususnya di Solo, karena keduanya sama-sama memiliki pesantren.
Ustadz Abu adalah pendiri Pesantren Al-Mukmin Ngruki Solo sedangkan
Ustadz Mudzakir adalah pendiri Pesantren Al-Islam Gumuk Solo.
Keduanya
adalah sahabat lama seperjuangan di jalur yang sama, yakni penegakan
syariat Islam, amar makruf dan nahi munkar, sehingga sering
dikait-kaitkan dengan tuduhan radikal.
Ketika
Ustadz Abu duduk menjadi pesakitan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta
Selatan, Senin (18/4/2011) dengan jeratan UU Terorisme karena mendukung
Syariat I'dad di Aceh, Ustadz Mudzakir hadir sebagai saksi ahli yang
mendukung Syariat I'dad dan jihad. Meski pada akhirnya JPU menolak
keterangan Mudzakir karena dianggap tidak layak menjadi saksi ahli
lantaran pendidikan formalnya hanya setara sekolah SMA, tapi Ustadz
Mudzakir dengan lantang menegaskan bahwa I'dad adalah fardu kifayah dan
bukan tindakan terorisme.
Soal Suriah, kita wajib berjihad membela kaum Muslimin di sana. Karena dia (Bashar) penganut Syi’ah Nushairiyah. Syi’ah Nushairiyah itu lebih kafir daripada Yahudi,
Tapi tak
banyak yang tahu bahwa kedua sosok karismatik itu memiliki perbedaan
yang tajam dalam menyikapi persoalan krusial umat Islam: kesesatan
Syi’ah dan kewajiban jihad membela kaum muslimin di Suriah.
Pandangan
berbeda itu tersaji dalam dialog di LP Pasir Putih Nusakambangan,
Selasa (27/8/2013), saat Ustadz Mudzakir dan rombongan tokoh Islam dari
Solo membezuk Ustadz Abu. Dialog yang berlangsung kurang lebih satu jam
itu berlangsung akrab, disaksikan oleh Ustadz Wahyudin (pimpinan Ponpes
Al-Mukmin Ngruki), Ustadz Hasan El-Qudsi, pak Joko Ikrom, dan Kholid
Hasan,Ahmad Kholid (TPM), Farid Ghozali (TPM), Guntur (TPM), dr.
Joserizal Jurnalis (Mer-C), Uceng Husain Abdullah (napi mujahidin), Abu
Yusuf (napi mujahidin), ustadz Hasyim Abdullah, Muflih dan lain-lain.
Dalam dialog yang terfokus pada status
Syi’ah dalam pandangan Islam dan peta jihad di Suriah itu, ternyata Ustadz Abu memiliki perbedaan yang sangat tajam dengan Ustadz Mudzakir.
Soal Syi’ah, tidak ada Syi’ah yang tidak sesat. Rafidhah itu menjelek-jelekkan sahabat, kafir itu. Jadi saya yakin bahwa Rafidhah itu kafir, sementara Syi’ah Zaidiyah itu sesat tapi tidak kafir. Semua Syi’ah itu asalnya dari Yahudi, Abdullah bin Saba’. Jadi Syi’ah itu sesat meskipun di antara mereka ada yang Islam
Ustadz
Mudzakir tidak mau turut campur dengan persoalan konflik umat Islam di
Suriah dan mengimbau agar jangan gegabah memvonis status Bashar
Al-Assad. “Saya termasuk orang yang tak mau campur
tangan soal Bashar Al-Assad. Gambar-gambar di internet itu kan tidak
bisa bicara, sehingga sebaiknya hati-hati dalam menghukumi Bashar
Al-Assad,” kata ustadz Mudzakir yang duduk di sebelah kiri ustadz Abu
Bakar Ba’asyir.
Sebaliknya,
Ustadz Abu dengan tegas menyatakan wajibnya jihad membela kaum Muslimin
yang dizalimi rezim Bashar Asad, sang penganut Syi’ah Nushairiyah.
Berita, foto, video dan investigasi tentang kekejaman Bashar Asad sudah
sangat jelas dan tidak terbantahkan. Tentara Bashar memaksa rakyatnya
untuk mengatakan laa ilaaha illa Bashar, bahkan mereka melawan
dikubur hidup-hidup. “Soal Suriah, kita wajib berjihad membela kaum
Muslimin di sana. Karena dia (Bashar) penganut Syi’ah Nushairiyah.
Syi’ah Nushairiyah itu lebih kafir daripada Yahudi,” tegasnya.
Dalam persoalan status Syi’ah, Ustadz Mudzakir berlindung di balik pendapat Imam Ibnu Hajar bahwa tidak semua Syi’ah itu kafir. “Menurut pendapat Imam Ibnu Hajar, ulama tidak sepakat bahwa semua Syi’ah itu kafir,” ujarnya.
Sebaiknya antum ngaku sajalah kalau Syi’ah, atau bukan Syi’ah. Jelaskan kepada umat!
Sedangkan
Ustadz Abu dengan tegas menyatakan bahwa cikal-bakal Syi’ah adalah dari
Yahudi. Semua Syi’ah itu adalah sesat bahkan sekte Syi’ah yang divonis
kafir oleh para ulama. “Soal Syi’ah, tidak ada Syi’ah yang tidak sesat.
Rafidhah itu menjelek-jelekkan sahabat, kafir itu. Jadi saya yakin bahwa
Rafidhah itu kafir, sementara Syi’ah Zaidiyah itu sesat tapi tidak
kafir. Semua Syi’ah itu asalnya dari Yahudi, Abdullah bin Saba’. Jadi
Syi’ah itu sesat meskipun di antara mereka ada yang Islam,” urainya.
Jelang
pukul 13.00 siang, detik-detik berakhirnya jam bezuk, para tamu disuguhi
adegan dramatis yang tidak pernah terbayangkan oleh siapapun. Ustadz
Abu menepuk paha Ustadz Mudzakir yang duduk di sebelahnya dan berujar:
“Sebaiknya antum ngaku sajalah kalau Syi’ah, atau bukan Syi’ah. Jelaskan
kepada umat!”
Dengan
raut wajah yang agak tegang dan terkejut, ustadz Mudzakir menjawabnya
dengan bahasa Arab. Entah apa yang disampaikan ustadz Mudzakir, karena
suara terdengar tidak begitu jelas. Namun Ustadz Abu tetap mengulangi
nasihatnya kepada Ustadz Mudzakir agar berterus terang menjelaskan
kepada umat apakah dirinya itu Syi’ah atau bukan. [Ahmed Widad] / voa-islam.com