Beliau adalah Asma binti Yazid bin As-Sakan bin Rafi bin Umru Qais
bin Abdul Asyhal bin Harits. Seorang wanita ahli hadits, mujahidah yang
agung, cerdas, taat beragama, dan ahli pidato, sehingga ia digelari
orator wanita. Sesuatu yang spesial dalam diri Asma adalah kehalusan
perasaannya dan kehalusan budi bahasanya, sebagaimana remaja muslimah
lainnya yang lahir dari madrasah kenabian.
Dia adalah wanita teguh pendirian dan pejuang yang gagah berani. Dia
adalah contoh wanita pelopor dalam berbagai bidang. Asma datang dalam
serombongan kaum wanita kepada Nabi untuk berbaiat pada tahun pertama
Hijriyah, berjanji untuk taat kepada Islam. Asma berbaiat kepada Nabi
Shalallahu’alaihi wassalam dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Dalam
kitab-kitab sirah (sejarah) disebutkan bahwa ketika mau melakukan baiat,
Asma memakai dua gelang emas yang besar di kedua tangannya, maka Nabi
Shalallahu’alaihi wassalam bersabda kepadanya,
“Lemparkanlah kedua gelang itu, wahai Asma! Apakah engkau tidak takut
jika engkau kelak memakaikan gelang dari api neraka kepadamu?”
Tanpa membantah atau berbicara sedikit pun, dia langsung melaksanakan
perintah Rasul Shalallahu’alaihi wassalam. Kedua gelang itu
dilepaskannya dan diletakkannya di hadapan Nabi Shalallahu’alaihi
wassalam.
Asma pernah diutus oleh kaum wanita untuk membicarakan masalah mereka
kepada Rasul Shalallahu’alaihi wassalam. Suatu ketika dia datang kepada
Rasul Shalallahu’alaihi wassalam dan berkata,
“Wahai Rasul Shalallahu’alaihi wassalam, aku adalah utusan dari
sekelompok wanita kepadamu. Apa yang akan kutanyakan sama dengan
pertanyaan mereka dan pendapat mereka sama dengan pendapatku..
Sesungguhnya Allah ta’ala telah mengutusmu kepada seluruh kaum laki-laki
dan kaum wanita, maka kami beriman dan mengikutimu. Akan tetapi, kami
kaum wanita, terbatas gerak-geriknya. Kami hanyalah sebagai tiang
penyangga (pengurus) rumah tangga, tempat penyaluran syahwat para
laki-laki, dan yang mengandung anak-anak mereka, sedang kaum laki-laki
memperoleh keutamaan, dengan diperintahkannya melakukan shalat
berjamaah, mengantar jenazah, dan berjihad di medan perang. Jika kaum
laki-laki keluar untuk berperang, kamilah yang menjaga harta-harta
mereka dan mengasuh anak-anak mereka. Oleh karena itu, apakah kami bisa
mengimbangi pahala mereka, wahai Rasulullah?”
Mendengar pertanyaan seperti itu, Rasul Shalallahu’alaihi wassalam
lalu menoleh kepada para shahabat yang ada di dekatnya dan bertanya,
“Pernahkah kalian mendengar pertanyaan wanita lain tentang urusan
agamanya yang lebih baik daripada pertanyaan wanita ini?” Mereka
menjawab, “Belum pernah, wahai Rasul. Selanjutnya, beliau bersabda,
”Kembalilah engkau, wahai Asma, dan beritahukan kepada wanita-wanita
yang mengutusmu bahwa perlakuan baik salah seorang dari kalian kepada
suaminya, usahanya mencari keridhaan suaminya, dan ketaatannya kepada
suaminya, dapat menyamai pahala dari amal laki-laki yang engkau sebutkan
tadi.” Asma pulang sambil bertahlil dan bertakbir karena saking
gembiranya dengan apa yang disampaikan Rasul Shalallahu’alaihi wassalam.
Ma syaa Allah!
Hati Asma sebenarnya sangat ingin untuk ikut dalam berjihad. Akan
tetapi, keadaan tidak memungkinkan dia menyampaikan tuntutan tersebut.
Keinginannya untuk terjun ke medan jihad baru terwujud setelah Rasul saw
wafat, yaitu ketika terjadi perang Yarmuk pada tahun ke-13 Hijriyyah.
Dalam perang besar (Yarmuk) itu Asma binti Yazid bersama kaum
mukminah lainnya berada di barisan belakang laki-laki. Semuanya berusaha
mengerahkan segenap kekuatannya untuk mensuplai persenjataan pasukan
laki-laki. Memberi minum kepada mereka, mengurus mereka yang terluka,
dan mengobarkan semangat jihad mereka.
Ketika peperangan berkecamuk dengan begitu serunya, ia berjuang
sekuat tenaganya. Akan tetapi, dia tidak menemukan senjata apapun,
selain tiang penyangga tendanya. Dengan bersenjatakan tiang itulah, dia
bisa menyusup ke tengah-tengah medan tempur dan menyerang musuh yang ada
di kanan dan kirinya. Sampai akhirnya, dia berhasil membunuh sembilan
orang tentara Romawi. Hal ini sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar, Dia
adalah asma binti Yazid bin As-Sakan yang ikut terjun dalam perang
Yarmuk. Pada hari itu dia berhasil membunuh sembilan orang tentara
Romawi dengan menggunakan tiang tendanya.
Setelah perang Yarmuk ia masih hidup dalam waktu yang cukup lama.
Asma keluar dari medan pertempuran dengan luka parah, sebagaimana juga
banyak dialami pasukan kaum muslimin. Akan tetapi, Allah berkehendak ia
tetap hidup dalam waktu yang cukup lama. Semoga Allah mencurahkan
rahmat-Nya kepada Asma binti Yazidd bin As-Sakan, dan memuliakan
tempatnya di sisi-Nya atas berbagai Hadits yang diriwayatkannya, dan
atas segala pengorbanannya. Dia telah berbuat sesuatu agar dijadikannya
contoh bagi wanita muslimah lainnya, yaitu kerelaan dan tekadnya yang
kuat untuk membela dan mempertahankan agama Allah dan mengangkat panji
Islam sampai agama Allah tegak di muka bumi.
(esqiel/al-mustaqbal.net/muslimahzone.com)