News Update :

GP Ansor Berseberangan dengan PBNU Soal Miss World

06 September 2013 10.12




Ketua PBNU, KH Said Aqil Siradj bersama ormas-ormas Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dengan tegas menolak kontes Miss World.
 

Menurut Said Aqil, acara Miss World lebih besar mudharat ketimbang manfaatnya.


"Acara Miss World dinilai memiliki sisi mudharat yang lebih besar dibanding manfaat," kata Said Aqil saat menggelar pertemuan dengan pimpinan ormas Islam anggota LPOI di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu, (4/9/2013).


Ketua Umum PBNU itu juga menilai kontes kecantikan Miss World tidak lebih dari acara foya-foya yang menghambur-hamburkan uang tanpa memberikan kontribusi positif bagi rakyat dan bangsa Indonesia.


"Belum terjamin manfaatnya, yang jelas itu acara foya-foya. Beda dengan acara Pak Jokowi yang mengangkat budaya Betawi," katanya.
Belum terjamin manfaatnya, yang jelas itu acara foya-foya.

Namun, apa yang disampaikan Ketua PBNU, Said Aqil Siradj ini sangat bertentangan dengan Ketua Umum Pemuda (GP) Ansor, Nusron Wahid.


Pucuk pimpinan organisasi pemuda yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama itu justru meminta publik tidak terburu-buru memberikan penilaian negatif terhadap ajang Miss World 2013.


Jika Said Aqil tegas mengatakan Miss World lebih banyak sisi mudharatnya, Nusron justru memandang mereka yang memiliki prasangka negatif tanpa memahami isi bukan termasuk prinsip bangsa Indonesia.


“Karena itu, dalam konteks ajang Miss World, kami menekankan agar pihak yang menolak acara tersebut memahami dulu pesan yang akan disampaikan dalam Miss World. Kami minta jangan buru-buru menilai satu masalah sebelum mengetahuinya secara utuh,” ujar Nusron di Kantor GP Ansor, Jakarta, Rabu malam, 4 September 2013.
kami menekankan agar pihak yang menolak acara tersebut memahami dulu pesan yang akan disampaikan dalam Miss World.

Menurut mantan Ketua Umum PB PMII ini, tidak ada alasan untuk menolak kontes tingkat dunia, jika dalam pelaksanaanya memberi banyak manfaat terhadap citra Indonesia di mata dunia, potensi ekonomi, dan investasi.


“Saya menilai Miss World ini ajang kreativitas yang memiliki dampak negatif dan positif, tergantung dari sudut pandang,” ujarnya.


Lebih lanjut, tatkala Said Aqil memandang Miss World hanya ajang foya-foya, Nusron justru memandang Miss World dapat dijadikan instrumen untuk mengangkat derajat kaum perempuan jika, memang dalam pelaksanaanya tidak hanya dinilai dari aspek cantik dan kemolekan tubuh saja, melainkan juga dilihat dari unsur kecerdasan, integritas, serta memiliki muatan untuk misi kemanusiaan. Karena itu, Nusron menekankan agar ajang Miss World diambil sisi positifnya.


“Sisi positifnya harus kita ambil,” ucap anggota Komisi XI DPR ini. Bahkan bisa juga dijadikan sarana untuk membangun solidaritas dunia terhadap konflik yang terjadi di Timur Tengah seperti di Suriah, Mesir dan negara lain.
Mereka bisa dibawa untuk berkunjung ke pondok pesantren, misalnya, agar mengenal Islam Indonesia yang ramah dan toleran

Bahkan lebih anehnya lagi Nusron mengusulkan agar para kontestan Miss World diajak berkunjung ke Pondok Pesantren.


”Mereka bisa dibawa untuk berkunjung ke pondok pesantren, misalnya, agar mengenal Islam Indonesia yang ramah dan toleran,” tuturnya.


Meski MUI dan mayoritas ormas-ormas Islam menolak Miss World lantaran banyak madharatnya, namun sebaliknya, GP Ansor justru menyatakan dukungannya jika bermanfaat bagi masyarakat luas.


"Jika tayangan Miss World dinilai bermanfaat bagi masyarakat luas mengapa tidak kami dukung," imbuhnya. [Widad/okz, snd] / voa-islam.com
 

© Copyright Indahnya Islam 2010 - 2016 | Powered by Blogger.com.