Siang itu, Selasa (27/8/2013), situasi di pelabuhan penyeberangan Wijayapura, Cilacap terlihat lebih ramai dari biasanya. Sebuah bus besar yang membawa rombongan belasan orang dari Solo, Jawa Tengah terlihat terparkir, demikian pula beberapa minibus dengan plat B (asal Jakarta).
Ternyata
belasan orang asal Solo yang menaik bus tersebut terdiri dari rombongan
ulama, di antaranya Ustadz Wahyudin (pimpinan Ponpes Al-Mukmin Ngruki),
ustadz Mudzakir (Pengasuh Ma’had Al-Islam Gumuk Solo), Ustadz Hasan
El-Qudsi, pak Joko Ikrom dan Kholid Hasan. Tak ketinggalan, turut pula
rombongan Tim Pengacara Muslim (TPM), di antaranya Ahmad Kholid, Farid
Ghozali, Guntur dan lain-lain. Terlihat pula aktivis kemanusiaan dr
Joserizal Jurnalis dengan mobil pribadinya.
Para tokoh itu punya hajat yang sama, hendak membesuk Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di sel Super Maximum Security (SMS) LP Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap.
Kalau ada yang punya uang dibeli saja Nusakambangan ini untuk bikin pondok pesantren
Setelah
menyeberang menggunakan kapal feri dan mengendarai mobil trayek khusus
Nusakambangan, tibalah rombongan pembezuk di LP Pasir Putih
Nusakambangan. Pemeriksaan begitu ketat, tak terkecuali bagi TPM,
wartawan dan aktivis kemanusiaan.
Memasuki
ruang bezuk, terlihat Ustadz Abu –sapaan akrab Ustadz Abu Bakar
Ba’asyir– berjalan keluar dari sel didampingi Husain Abdullah, salah
seorang mujahid penghuni sel yang akrab disapa Uceng. Meski sudah sepuh,
Ustadz Abu tampak bugar. Dengan wajah sumringah ia meyalami satu
persatu para tamu yang membesuknya.
Pertemuan
terlihat sangat hangat, dr Joserizal mengawali percakapan dengan
menanyakan kondisi kesehatan Ustadz Abu. Pendiri Pesantren Al-Mukmin
Ngruki itu menjawab bahwa udara di LP Nusakambangan lebih segar
dibandingkan di penjara Mabes Polri. “Kalau ada yang punya uang dibeli
saja Nusakambangan ini untuk bikin pondok pesantren,” gurau Ustadz Abu
disambut tertawa para tamu.
Saya termasuk orang yang tak mau campur tangan soal Bashar Al-Assad. Gambar-gambar di internet itu kan tidak bisa bicara, sehingga sebaiknya hati-hati dalam menghukumi Bashar Al-Assad
Usai
ramah-tamah, tibalah saat yang agak menegangkan, ketika Ustadz Mudzakir
membicarakan persoalan Suriah dan Bashar Al-Assad. Ia mengimbau kepada
ustadz Abu Bakar Ba’asyir agar tidak ikut campur soal Bashar Al-Assad.
“Saya
termasuk orang yang tak mau campur tangan soal Bashar Al-Assad.
Gambar-gambar di internet itu kan tidak bisa bicara, sehingga sebaiknya
hati-hati dalam menghukumi Bashar Al-Assad,” kata ustadz Mudzakir yang
duduk di sebelah kiri ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Dengan
bijak, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir pun menjawab dengan memberikan
pengantar ilustrasi tentang Muammar Khadafi, diktator Libya yang tewas
saat revolusi di Libya. “Khadafi, waktu saya di Afghanistan sempat
membaca bukunya. Buku itu saya bawa-bawa, warnanya hijau. Tetapi salah
seorang mujahidin di Afghanistan yang berasal dari Libya mendebat saya.
Katanya, buku khadafi yang berwarna hijau itu, ibarat buah semangka.
Luarnya hijau tetapi dalamnya merah. Maksudnya, para mujahidin asal
Libya itu menceritakan kebatilan Khadafi. Bahkan mereka mengkafirkan
Khadafi,” paparnya.
Khadafi, waktu saya di Afghanistan sempat membaca bukunya. Buku itu saya bawa-bawa, warnanya hijau. Tetapi salah seorang mujahidin di Afghanistan yang berasal dari Libya mendebat saya. Katanya, buku khadafi yang berwarna hijau itu, ibarat buah semangka. Luarnya hijau tetapi dalamnya merah.
Menyikapi
persoalan Suriah, dengan tegas Ustadz Abu menyatakan wajibnya jihad
membela kaum Muslimin yang dizalimi rezim Bashar Asad, sang penganut
Syi’ah Nushairiyah. “Soal Suriah, kita wajib berjihad membela kaum
Muslimin di sana. Karena dia (Bashar) penganut Syi’ah Nushairiyah.
Syi’ah Nushairiyah itu lebih kafir daripada Yahudi,” tegasnya.
Kepada
orang yang masih meragukan kebiadaban rezim Bashar Al-Assad, Ustadz Abu
menyatakan bahwa keraguan itu tidak beralasan. Karena berita, foto,
video dan saksi hidup bertebaran di mana-mana. “Lalu kalau banyak yang
melawan Bashar di Suriah, itu juga karena kekejamannya dia terhadap
rakyat. Kita bisa membaca di media-media kalau tentara Bashar memaksa
rakyatnya untuk mengatakan laa ilaaha illa Bashar, bahkan
mereka sampai dikubur hidup-hidup,” terangnya. “Kalau ustadz masih ragu
soal video, foto-foto soal kekejaman Bashar, silahkan temui saja majalah
An-Najah, soalnya mereka memuatnya secara rinci,” tambahnya.
Soal Suriah, kita wajib berjihad membela kaum Muslimin di sana. Karena dia (Bashar) penganut Syi’ah Nushairiyah. Syi’ah Nushairiyah itu lebih kafir daripada Yahudi
Ustadz
Abu menekankan wajibnya jihad memerangi rezim Bashar Al-Assad di Suriah,
karena menentukan perjuangan umat Islam. “Jadi Bashar Al-Assad wajib
diperangi. Jihad di Syam itu sangat menentukan bagi umat Islam. Kalau
umat Islam kalah maka mereka akan lemah. Maka yang kita bela tentu saja
para mujahidin,” tandasnya. “Soal Amerika ikut membantu biarkan saja.
Saya tahu itu, seperti di Afghanistan dulu kan juga begitu. Saya melihat
sendiri bagaimana Amerika ikut memberi bantuan. Tetapi mujahidin tetap
berjihad. Amerika itu membantu untuk mendompleng dan melakukan
pencitraan.”
Mendengar
paparan panjang lebar itu, Ustadz Mudzakir tak membantah. Ia banyak
berdiam dan mengalihkan tema diskusi pada persoalan Syi’ah. “Menurut pendapat Imam Ibnu Hajar, ulama tidak sepakat bahwa semua Syi’ah itu kafir,” ungkap ustadz Mudzakir.
Soal Amerika ikut membantu biarkan saja. Saya tahu itu, seperti di Afghanistan dulu kan juga begitu. Saya melihat sendiri bagaimana Amerika ikut memberi bantuan. Tetapi mujahidin tetap berjihad. Amerika itu membantu untuk mendompleng dan melakukan pencitraan.
Dengan
tegas Ustadz Abu menyampaikan pendapatnya bahwa cikal-bakal Syi’ah
adalah dari Yahudi. Semua Syi’ah itu adalah sesat bahkan sekte Syi’ah
yang divonis kafir oleh para ulama. “Soal Syi’ah, tidak ada Syi’ah yang
tidak sesat. Rafidhah itu menjelek-jelekkan sahabat, kafir itu. Jadi
saya yakin bahwa Rafidhah itu kafir, sementara Syi’ah Zaidiyah itu sesat
tapi tidak kafir. Semua Syi’ah itu asalnya dari Yahudi, Abdullah bin
Saba’. Jadi Syi’ah itu sesat meskipun di antara mereka ada yang Islam,”
urainya.
Ustadz
Hasan yang duduk di hadapan ustadz Abu Bakar Ba’asyir menambahkan bahwa
selama ini Syi’ah mengklaim para imam sebagai bagian dari Syi’ah.
“Syi’ah itu ada yang kafir dan ada juga yang mu’tadil. Soal Ja’far
Shadiq, itu adalah klaim dari Syi’ah. Padahal mereka tidak pernah
mengaku bahwa dirinya dalah Syi’ah, bahkan Imam Hanafi muridnya tidak
pernah mengaku Syi’ah,” ujarnya.
Soal Syi’ah, tidak ada Syi’ah yang tidak sesat. Rafidhah itu menjelek-jelekkan sahabat, kafir itu. Jadi saya yakin bahwa Rafidhah itu kafir, sementara Syi’ah Zaidiyah itu sesat tapi tidak kafir. Semua Syi’ah itu asalnya dari Yahudi, Abdullah bin Saba’.
Pak
Joko, salah seorang pengikut dalam rombongan ustadz Mudzakir menyela
dengan argumen jika Syi’ah kafir mengapa diizinkan haji? “Lalu bagaimana
dengan jamaah haji dari Iran yang mereka adalah Syi’ah, mengapa mereka
diperbolehkan berhaji ke Saudi kalau dikatakan kafir?” sergahnya.
“Saudi itu kan thaghut, ya makanya mereka diperbolehkan. Jadi saya tidak sependapat soal itu,” tukas Ustadz Abu.
Sampai
dialog berakhir, Ustadz Abu tetap pada keyakinan dan pendiriannya
tentang wajibnya berjihad di Suriah melawan Bashar Al-Assad yang
menurutnya telah kafir dan memusuhi umat Islam. Ustadz Abu tidak goyah
dari pernyataan sikapnya yang pernah dituangkan dalam surat terbuka yang
pernah disampaikannya kepada Presiden Suriah Bashar Al-Assad pada bulan
Juli 2013 lalu.
Sementara,
dr. Joserizal yang duduk di sebelah kanan ustadz Ba’asyir tak berbicara
sepatah kata pun soal Syi’ah atau Suriah. Ia hanya menanyakan pendapat
ustadz Abu Bakar Ba’asyir soal Syaikh Rasul Sayyaf ulama Afghanistan.
Ustadz Ba’asyir pun menjawab singkat bahwa posisi Syaikh Sayyaf saat ini
lemah. [Ahmed Widad] / voa-islam.com