Pertanyaan: Bayi dalam kandungan apakah kena kewajiban zakat fitrah?
Qomar – Jawa Tengah
Jawaban:
Oleh: Ustadz Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu
'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan siapa-siapa yang berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah dalam haditsnya yang dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu, berkata:
فَرَضَ
رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ اَلْفِطْرِ, صَاعًا مِنْ
تَمْرٍ, أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ: عَلَى اَلْعَبْدِ وَالْحُرِّ,
وَالذَّكَرِ, وَالْأُنْثَى, وَالصَّغِيرِ, وَالْكَبِيرِ, مِنَ
اَلْمُسْلِمِينَ, وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ اَلنَّاسِ
إِلَى اَلصَّلَاةِ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha' kurma atau satu sha'
gandum, atas budak dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan, anak
kecil dan orang besar dari kalangan orang Islam. Dan beliau
memerintahkan agar ditunaikan sebelum orang-orang pergi menunaikan
shalat ('idul Fitri).” (Muttafaq Alaih)
Hadits di atas menerangkan bahwa zakat
fitrah diwajibkan atas semua orang Islam, dewasa ataupun kecil,
laki-laki atau perempuan, dan orang merdeka atau hamba sahaya. Akan
tetapi untuk anak kecil ditanggung zakatnya oleh walinya. Sementara
budak ditanggung oleh tuannya.
Tidak disebutkan di dalamnya janin di
kandungan ibunya. Sehingga jumhur ulama berpendapat, zakat fitrah tidak
wajib atas janin. Karena janin tidak disebut anak kecil, baik dari sisi
bahasa maupun adat. Bahkan Ibnul Mundzir rahimahullah menukilkan ijma' tidak diwajibkannya zakat fitrah atas janin.
Sedangkan Ibnu Hazm berpendapat, jika
janin sudah berusia 120 hari (4 bulan) sebelum terbit fajar pada malam
Iedul fitri maka ia wajib ditunaikan zakat fitrahnya, karena telah
ditiupkan ruh pada dirinya. Hujjah beliau, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
telah mewajibkan zakat fitrah atas anak kecil dan orang dewasa;
sementara janin termasuk kategori nama “shaghir” (anak kecil), maka
setiap hukum yang berlaku atas shaghir (anak kecil) berlaku pula
padanya.
Ibnu Hazm juga beralasan dengan atsar dari Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu 'Anhu, bahwa beliau menunaikan zakat fitrah untuk anak kecil, orang dewwasa, dan kandungan (janin). (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Abu Qilabah, ia berkata:
كَانَ يُعْجِبُهُمْ أَنْ يُعْطُوْا زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِ الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ حَتَّى عَنِ الْحَمْلِ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ
”Adalah menjadi perhatian mereka
(para sahabat) untuk mengeluarkan/memberikan zakat fitrah dari anak
kecil, dewasa, malah yang masih dalam kandungan (janin).” (HR. Abdurrazaq)
Dan menurut beliau, tidak diketahui ada seorang sahabat yang menetang/menyelisihi keputusan beliau ini.
Dan pendapat yang lebih benar adalah
pendapat jumhur ulama, zakat fitrah tidak wajib atas janin. Sedangkan
apa yang disebutkan oleh Ibnu Hazm tidak menunjukkan wajibnya
mengeluarkan zakat fitrah atas kandungan. Maka perkataan Ustman dan
ulama selainnya dalam masalah ini tidak lebih menunjukkan anjuran saja.
Maka siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati maka
itu baik untuknya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]