Setelah dengan tegas menolak untuk mengkafirkan Syi’ah dan rezim
Syi’ah Nushoiriyyah Bashar Assad yang teah membantai puluhan ribu kaum
muslimin di Suriah, ustadz Mudzakkir juga membuat pernyataan
kotroversial lainnya.
Selama ini, issue yang menyebar dan beredar di masyarakat, ustadz
Mudzakkir merupakan salah satu pengajar di Yayasan Pesantren Islam
(YAPI) Bangil yang terkenal sebagai lembaga pendidikan milik Syi’ah.
Namun dengan tegas ia mengatakan bahwa dirinya bukan pengajar, tapi
wakil kepala di YAPI.
“Soal YAPI, saya di YAPI itu bukan guru, tapi wakil kepala, jadi
bukan guru biasa, saya wakil kepala,” kata sesi tanya jawab dalam kajian
dengan tema “KEUNGGULAN SUNNI TERHADAP SYI’AH” di masjid Istiqlal
Sumber Solo Jawa Tengah, pada Jum’at (12/7/2013) malam.
M Khalil Ali, jama’ah yang bertanya ini juga meminta pendapat ustadz
Mudzakkir soal pimpinan YAPI Husein Al Habsyi yang terkenal sebagai
tokoh Syi’ah.
...Soal YAPI, saya di YAPI itu bukan guru, tapi wakil kepala, jadi bukan guru biasa, saya wakil kepala...
Namun, jawaban ustadz Mudzakkir justru melawan arus dari fakta dan
realita yang ada. Ustadz Mudzakkir mengatakan kalau Husein Al Habsyi
bukan Syi’ah, tapi bermadzab Syafi’i.
“Saya sangat tau dengan beliau almarhum ustadz Husein Al Habsyi.
Beliau membenarkan Syi’ah, maksudnya madzab Syi’ah itu benar. Tetapi
beliau sendiri yang saya saksikan tetap berada di madzhab Syafi’i,”
ungkapnya.
“Saya tidak berani ngomong bohong, khawatir kalau saya bohong,
apalagi ngomong atas orang yang sudah meninggal dan disaksikan malaikat
repot saya nanti di akhirat dalam mempertangungjawabkannya,” imbuhnya.
“Orang nuduh beliau Syi’ah, urusan mereka yang menuduh dengan yang
dituduh nanti biar dihitung di mahsyar saja. Saya tidak berani ikut
menuduh beliau Syi’ah. Tapi nyatanya-nyatanya, yang tau nyatanya
silahkan,” tandasnya.
...Saya sangat tau dengan beliau almarhum ustadz Husein Al Habsyi. Beliau membenarkan Syi’ah, maksudnya madzab Syi’ah itu benar. Tetapi beliau sendiri yang saya saksikan tetap berada di madzhab Syafi’i...
“Saya sama beliau sangat kenal karena saya orang kedua disitu, saya
juga berkali-kali sewaktu belum punya istri di Bangil, kebetulan salah
satu istri saya dari Bangil, di pondok Wahid Hasyim,"ujarnya.
"Saya biasa nginep ditempat beliau (Husein Al Habsyi -red), malem
hari bangun, masing-masing sholat walaupun sendiri-sendiri saya
saksikan, berkali-kali saya bertukar pikiran dengan beliau juga,”
jelasnya.
“Dan dari bertukar pikiran itu saya meyakini beliau tetap berada di
madzhab Syafi’i, saya kebutulan tidak bermadzhab Syafi’i, banyak
amalan-amalan saya yang tidak mengikuti madzhab Syafi’i, seperti sholat
Jum’at saya tidak sependapat dengan imam Syafi’i, dalam tawakuf diniyah
tidak cocok dengan imam Syafi’i, dan masih banyak lagi, prinsipnya saya
tidak bermadzhab Syafi’i, tetapi tidak memusuhi madzhab Syafi’i dan
tidak mengkafirkan madzhab Syai’i sebagaimana juga madzhab-madzhab
lainnya,” terangnya.
Tapi, pimpinan Ponpes Al Islam Gumuk Solo ini mengakui adanya
murid-murid YAPI Bangil yang dikirim untuk belajar di Qum Iran, negeri
yang mayoritas berpenduduk Syi’ah.
...Bahwa disana (YAPI -red) ada murid-murid yang dikirim ke Iran, belajar di Qum, yaa. Murid-murid saya dulunya, juga pernah belajar dengan saya, ya orang-orang itu mungkin saja diluar, mungkin saja mencaci maki sahabat, mungkin...
“Bahwa disana (YAPI -red) ada murid-murid yang dikirim ke Iran,
belajar di Qum, yaa. Murid-murid saya dulunya, juga pernah belajar
dengan saya, ya orang-orang itu mungkin saja diluar, mungkin saja
mencaci maki sahabat, mungkin,” ujarnya.
“Sebab apa, nyatanya didepan saya, (mereka -red) tidak pernah berani
mengatakan seperti itu. Karena apa, setiap ada orang, apalagi yang murid
saya tidak pernah, yang orang lain pun, yang bukan murid saya,
kadang-kadang agak kurang bener, saya katakan; kamu tau imam Ali? Itu
imam Syi’ah atau bukan? Ya. Dia pemberani? Pemberani. Dia jujur?
Omongannya bener? Omongannya bener. Lha wong dia ngomong khoirun-naas ba’da
(sebaik-baik manusia setelah -red) Rasulullah Saw, Abu Bakar kemudian
Umar Kok, wong mengatakan begitu, masalahnya seperti itu,” tambahnya.
Selain itu, ustadz Mudzakkir juga mengakui bahwa di YAPI ada
orang-orang yang beraliran Syi’ah dan menyatakan dirinya sebagai seorang
Syi’ah.
...Jadi kembali kepada persoalan tadi, di sana ada anak-anak yang jadi Syi’ah, (saya katakan –red) iya...
“Jadi kembali kepada persoalan tadi, di sana ada anak-anak yang jadi
Syi’ah, (saya katakan –red) iya. Kepada saya tidak nyerang karena
pekewuh saja, saya tau, pekewuh karena dia pernah belajar pada saya.
Maaf-maaf masih punya adzab, untuk tidak memaki-maki saya, walaupun
jengkel karena saya tidak mau mengikuti madzab mereka,” tegasnya.
“Saya juga pernah diajak mereka; ustadz, kalau gitu kenapa tidak
masuk ke madzhab Syi’ah? Kalau kamu bisa memberikan kepada saya sesuatu,
yang membandingi kemampuan saya dalam ilmu-ilmu ahlu sunnah, saya
mungkin mempertimbangkan untuk pindah,” lanjutnya.
“Tapi kalau kamu ngasih saya kitab yang kecil-kecil begini, kitab
haditsnya Kuniyah yang lebih dari 40 jilid itu saya punya. Tapi saya
baca, lha piye tho nek aku kon ngikuti iki yo keliru now (lha gimana tho
kalau saya disuruh ngikuti ini ya keliru -red), yo jauh dengan shohih
bukhori, masalahnya begitu,” ucapnya.
Dia berkilah, bahwa secara lembaga, YAPI Bangil bukan lembaga
pendidikan Syi’ah, namun jika ada murid-murid YAPI yang menjadi Syi’ah
dibenarkan oleh ustadz Mudzakkir....Saya katakan mereka isi (Syi’ah -red) nya bukan lembaganya, sekarang ini cuma jadi SMA. Bahwa orangnya orang Syi’ah, iya. Wong kalau saya datang, mereka kalau bulan Sya’ban itu mereka mesti mengadakan Khol...
“Jadi, apakah disana itu yang Syi’ah, Syi’ah yang mana? Saya katakan
mereka isi (Syi’ah -red) nya bukan lembaganya, sekarang ini cuma jadi
SMA. Bahwa orangnya orang Syi’ah, iya. Wong kalau saya datang, mereka
kalau bulan Sya’ban itu mereka mesti mengadakan Khol,” tuturnya.
“Saya diundang terus dan ndak pernah hadir, dan mereka tau kalau saya
tidak akan pernah hadir kalau diundang, karena acara-acara seperti itu
memang saya tidak pernah ikut. Itu yang terjadi sepeti itu, itu tentang
YAPI,” jelasnya.
Mendengar jawaban tersebut alumni Persis Bangil ini merasa heran.
Saat dimintai tanggapannya oleh voa-islam.com seusai acara, M Khalil Ali
menyatakan, meskipun mendapat penjelasan seperti itu dari ustadz
Mudzakkir, namun dia tidak percaya 100 %.
Pasalnya, yang terjadi di YAPI dan diketahui sendiri oleh Khalil Ali
saat berada di Bangil, YAPI dan para pengurus maupun murid-muridnya
getol menyampaikan ajaran Syi’ah. Husein Al Habsyi juga pernah berada di
Husainiyah-nya Khomeini (lihat linknya: http://www.youtube.com/watch?v=SctkOk_PJHU ).
...Mendengar jawaban tersebut alumni Persis Bangil ini merasa heran. Pasalnya, yang terjadi di YAPI dan diketahui sendiri oleh Khalil Ali saat berada di Bangil, YAPI dan para pengurus maupun murid-muridnya getol menyampaikan ajaran Syi’ah...
Insiden bentrok di pesantren YAPI pada Bangil 15 Februari 2011 lalu,
adalah akumulasi dari perselisihan yang telah mengakar sejak awal tahun
sembilan puluhan. Kelompok Syi’ah di YAPI yang terus merongrong ahlu
sunnah akhirnya marah dan terjadilah bentrokan.
Bermula dari ditemukannya surat rahasia Hussein Al Habsyi yang
ditujukan kepada seseorang di Iran pada tahun 1993. Pihak YAPI tentunya
kaget dengan terpublikasinya surat kepada seorang Syi’ah Iran itu (lihat
linknya: http://aslibumiayu.wordpress.com/2012/08/30/fatwa-mui-tentang-syiah-di-indonesiadan-tindakan-kejahatan-yang-dilakukan-syiah-dari-dahulu-hingga-sekarang-di-indonesia/ ).
Sebab, surat itu berisi pernyataan Hussein Al Habsyi, bahwa ia
membuat kedok menyembunyikan ke-Syi’ah-annya sebagai strategi dakwah.
Padahal sebelumnya ia dikenal sebagai ulama Sunni yang masyhur di kota
Bangil. [Khalid Khalifah]/voa-islam