Banyak selentingan kabar, warga LDII tidak mau bermakmum
shalat berjamaah dengan imam yang bukan dari LDII. Mau tahu, acting
yang dilakukan orang-orang LDII saat shalat berjamaah yang bukan dari
kelompoknya?
Muhammad Imam An-Nasa’I kepada voa-islam di
Jakarta, Kamis (2/5) mengungkapkan. Mereka (warga LDII) memang tidak mau
berjamaah atau bermakmum dengan yang bukan LDII. Kata Imam, setidaknya
ada 4 cara warga LDII yang terpaksa melaksakan shalat jamaah di luar
LDII.
Cara pertama, diniatkan shalat sendiri meski jasadnya berjamaah.
Cara kedua, shalat duluan di rumah, dan saat di masjid, mereka shalat
(shalat budi luhur), tanpa wudhu pun tidak masalah. Boleh dibilang ini
acting mereka, seolah shalat berjamaah di luar kelompok LDII.
Cara ketiga, mereka shalat berjamaah dengan jamaah di
luar LDII, tapi kemudian, setelah pulang, mereka mengulang shalatnya
lagi. "Dan itu sering saya praktekkan waktu masih di LDII."
Cara keempat, mereka berjamaah dalam shalat berjamaah.
Perlu diketahui, di masjid itu ada imamnya (bukan LDII), namun warga
LDII sengaja membuat aturan sendiri. Misalnya, ada empat orang LDII di
masjid itu. Di shaf pertama, berdiri seorang warga LDII, lalu di shaf
kedua berdiri tiga orang (LDII) sebagai makmumnya. Jadi, imam masjid
tidak diakui (karena dianggap bukan LDII). Cara-cara shalat seperti itu
masih berlangsung sampai sekarang.
“Termasuk shalat Jum’atan, mereka melakukan dua kali.
Bahkan seorang karyawan dari jamaah LDII rela untuk shalat Jumat di
masjid yang jauh, demi shalat di komunitasnya sendiri sesama jamaah
LDII,” jelas Imam.
Lebih jauh Imam mengungkapkan, kenapa warga LDII memilih shalat di
komunitasnya sendiri? Mereka beralasan, imamnya harus dari jamaah LDII,
Khatibnya pun dari LDII, tidak ada jadwal khatib dari dari luar LDII,
dengan alasan sudah ada jadwalnya. Dan, khutbahnya pun harus menggunakan
bahasa Arab, karena dianggap yang paling sah.
“Mereka lebih baik tidak shalat Jum’at daripada shalat dengan kaum
muslimin diluar LDII. Itulah sebabnya mereka mencari masjid yang ada
logo LDII, meski jaraknya jauh,” tandas Imam. [desastian]/voa-islam.com