News Update :

Khidmat Untuk Suami

06 Maret 2013 16.55




Di antara ibadah istri adalah husnu taba’ul, berkhidmat kepad suami, benar istri patut berkhidmat kepada suaminya dalam urusan rumah dan lainnya, karena ia termasuk muasyarah bil ma’ruf yang diperintahkan, Fatimah berkhidmat kepada suaminya Ali bin Abu Thalib, hingga mengadu kepada ayahnya tentang bekas penggilingan pada tangannya dan Rasulullah tidak berkata kepadanya, “Kamu tidak wajib melakukan itu.” 
 
Syaikhul Islam berkata dalam Majmu’ al-Fatawa 34/90-91, “Para ulama berbeda pendapat, apakah istri wajib berkhidmat kepada suami seperti menyiapkan tempat tidur, menyiapkan makan, minum dan sepertinya? Di antara para ulama ada yang berkata tidak wajib dan pendapat ini lemah, sama lemahnya dengan pihak yang berkata tidak wajib atas suami menggauli istri, karena hal ini bukan termasuk mu’asyarah bil ma’ruf. Ada yang berkata dan inilah yang benar, istri wajib berkhidmat kepada suami, karena suami adalah majikan istri dalam kitab Allah, istri adalah tawanan bagi suami dalam sunnah Rasulullah. ” 

Termasuk berkhidmat adalah menjaga diri, harta dan anak-anak, Allah berfirman, 

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Wanita shalihah adalah wanita yang patuh lagi menjaga diri saat suaminya tidak hadir karena Allah menjaganya.” An-Nisa`: 34. Rasulullah bersabda tentang khairun nisa`, “Yang menaati suami bila suami memerintah, menyenangkan suami bila suami memandang dan menjaga dirinya dan harta suami.” Hadits shahih diriwayatkan oleh an-Nasa`i. 

Berkhidmatnya istri kepada suami adalah cara hidup para sahabat, Asma` binti Abu Bakar berkata, “Az-Zubair menikahiku sementara di bumi ini dia tidak mempunyai harta, hamba sahaya atau apa pun selain seekor unta untuk mengambil air dan seekor kuda, aku yang memberi makan kudanya dan mengambil air, aku menjahit timba dari kulit dan membuat adonan, aku sendiri tidak pandai membuat roti, yang membuat roti adalah para wanita Anshar tetanggaku, mereka adalah wanita-wanita baik, aku membawa biji kurma dari ladang az-Zubair yang berjarak sekitar dua pertiga farsakh hasil dari pemberian Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam di atas kepala, suatu hari ketika aku sedang membawa biji kurma di atas kepalaku, aku berpapasan dengan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersama beberapa orang-orang Anshar, beliau memanggilku kemudian beliau bersabda, “Ikh, ikh.” –Kata untuk unta supaya ia menderum sehingga Asma` bisa naik ke punggungnya- Beliau ingin memberiku tumpangan, tetapi aku merasa malu berjalan bersama kaum laki-laki, aku teringat az-Zubair dan kecemburuannya, dia termasuk orang paling cemburu, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam mengetahui aku malu maka beliau berjalan meninggalkanku, aku pulang kepada az-Zubair, aku berkata kepadanya, “Aku bertemu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam pada saat aku membawa biji kurma di atas kepala, beliau bersama beberapa orang sahabat, beliau menghentikan untanya dan hendak menderumkannya supaya aku naik ke punggungnya, aku malu kepada beliau dan aku teringat dirimu yang cemburu.” Maka az-Zubair berkata, “Demi Allah, kamu membawa biji kurma adalah lebih berat bagiku daripada kamu naik bersama beliau.” Asma` berkata, “Sampai bapakku Abu Bakar mengirim seorang pelayan yang mengurusi kuda, seolah-olah dia telah memerdekakanku.” 

Fatimah mengadukan beratnya penggilingan kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam yang meninggalkan bekas padanya, pada saat itu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam sedang mendapatkan tawanan perang, Fatimah pergi kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tetapi dia tidak bertemu dengan beliau, dia bertemu Aisyah, Fatimah mengatakan hajatnya kepada Aisyah, ketika Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam pulang Aisyah mengabarkan kedatangan Fatimah kepada beliau. Ali berkata, “Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam datang kepada kami sementara kami sedang bersiap-siap untuk tidur, aku hendak berdiri, tetapi beliau bersabda, “Tetaplah kalian berdua di tempat.” Lalu beliau duduk di antara kami, sampai aku merasakan dinginnya kedua kaki beliau di dadaku, beliau bersabda, “Maukah kalian berdua aku ajari apa yang lebih baik dari apa yang kalian berdua minta kepadaku, jika kalian berdua hendak tidur, bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali dan bertahmidlah tiga puluh tiga kali, ia lebih baik bagi kalian berdua daripada pembantu.”
 
Dalam kitab Usudul Ghabah milik Ibnul Atsir dari Asma’ binti Yazid binti as-Sakan al-Asyhaliyah bahwa dia mendatangi Rasulullah, sementara beliau sedang duduk di antara para sahabatnya. Asma’ berkata, “Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu ya Rasulullah. Saya adalah utusan para wanita di belakangku kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan wanita, maka mereka beriman kepadamu dan kepada Tuhanmu. 

Kami para wanita selalu dalam keterbatasan, sebagai penjaga rumah, tempat menyalurkan hasrat dan mengandung anak-anak kalian, sementara kalian – kaum laki-laki – mengungguli kami dengan shalat Jum’at, shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, berhaji setelah sebelumnya sudah berhaji dan yang lebih utama dari adalah jihad fi sabilillah. Jika salah seorang dari kalian pergi haji atau umrah atau jihad maka kamilah yang menjaga harta kalian, yang menenun pakaian kalian, yang mendidik anak-anak kalian. Bisakah kami menikmati pahala dan kebaikan ini sama seperti kalian?” 

Namun hendaknya khidmat ini dalam batas-batas ma’ruf, sesuai kesanggupan istri dan tidak memberatkannya sehingga istri seperti pembantu, alangkah baiknya bila suami juga tidak segan membantu, Aisyah ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah di rumah, dia menjawab, “Membantu keluarganya, bila shalat tiba, beliau keluar untuk shalat.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari. Wallahu a’lam.

(esqiel/alsofwah/muslimahzone.com)
 

© Copyright Indahnya Islam 2010 - 2016 | Powered by Blogger.com.