Skandal terkuak saat stasiun televisi negara China Central Television
melaporkan pada akhir Desember, beberapa ayam KFC dan McDonald Corp
mengandung obat antiviral dan hormon perangsang pertumbuhan. Hal ini
berdampak pada menurunnya kepercayaan terhadap restoran cepat saji asal
AS di China.
Beberapa blogger dalam situs micro blogging Weibo mengkritik keras
KFC. “Saya tidak akan makan KFC lagi,” kata seorang pengguna dengan nama
akun ”Neverbunny”.
“Kita harus keluarkan KFC dari China,” kata pengguna lainnya yang bernama “nininbababa”.
Seperti diberitakan Kantor Berita Antara, Perusahaan induk
KFC, Yum Brands Inc, memiliki 5.100 restoran di China dan salah satu
restoran Barat terbesar di China. Sejak laporan adanya penggunaan bahan
berbahaya untuk mempercepat pertumbuhan ayam di KFC China, saham KFC
turun sebanyak 4,2% pada Selasa (8/1).
Sebelumnya, Yum menarik beberapa produk pada 2005 karena mengandung
pewarna Sudan Red, yang dilarang sebagai bahan makanan karena dapat
meningkatkan risiko kanker.
Adanya laporan tentang bahan berbahaya yang terdapat pada ayam di
China ternyata berdampak positif bagi beberapa brand restoran cepat saji
lainnya. Misalnya, Country Style Cooking Restaurant, sebuah restoran
lokal cepat saji yang bermarkas di barat daya kota Chongqing, semakin
populer dan meningkat penjualannya.
Yum Brands Inc, perusahaan induk jaringan restoran cepat saji KFC,
meminta maaf kepada pelanggan di China atas penanganan terhadap isu
penggunaan bahan terlarang untuk mempercepat pertumbuhan ayam.“Kami
menyesalkan kecerobohan dalam proses pemeriksaan internal dan kurangnya
komunikasi,” kata Direktur Eksekutif Yum Brands, Su Jingshi, dalam akun
media sosial Weibo.
Shanghai Food and Drug Administration menemukan 1 dari 8 ayam sampel
yang diteliti mengandung level obat-obatan antiviral dalam level yang
mencurigakan.
Juru bicara Yum mengatakan pada Kamis(10/1) bahwa perusahaan telah
menghentikan kerjasa sama dengan dua penyedia ayam sebelum penyelidikan
resmi diumumkan. Penghentian tersebut dilakukan setelah dua uji acak
menunjukkan bahwa dua penyuplai itu tidak memenuhi standar Yum.
Kasus ini telah memukul citra KFC di China, di mana merek dari negara
barat dianggap lebih aman dan lebih berkualitas dibanding milik negara
sendiri. Keamanan makanan adalah perhatian utama bagi konsumen.“Mereka
akhirnya meminta maaf sekarang, namun ini sudah terlambat. Saya tidak
tahu apakah orang lain dapat memaafkan mereka atau tidak, namun yang
jelas saya tidak!” tulis Jackson Dong dalam akun Weibo.
Itu terjadi di Cina, bagaimana dengan KFC di Indonesia?? Apakah sudah
betul-betul melindungi hak-hak konsumen untuk tidak menggunakan bahan
berbahaya? Desastian/Ant/voa-islam