Nampaknya hubungan antara Indonesia - Malaysia
memasuki tahap-tahap krisis. Ibaratnya hubungan antara Indonesia -
Malaysia seperti gelombang air laut. Tempo-tempo meninggi, dan kemudian
mendatar. Tetapi, sekarang benar-benar memasuki tahap krisis. Karena,
sudah menyentuh terhadap dua lambang negara, yaitu mantan Presiden
Habibi dan Abdurrahman Wahid.
Seperti dikemukakan oleh Presiden SBY, yang menyatakan, bahwa
hubungan Indonesia-Malaysia tampaknya makin sulit didinginkan.
Pernyataan Presiden SBY itu, dikemukakan saat melakukan kunjungan
singkat ke negeri jiran--18 hingga 19 Desember-- politikus senior
Malaysia yang baru saja menghina mantan Presiden B.J. Habibie, tetapi
Zainudin Maidin, meluaskan penghinaan kepada mantan Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Dikutip di blog pribadinya, Rabu (19/12) pagi, Zainudin mengecam
Habibie dan Gus Dur sebagai pemimpin Indonesia yang tidak lagi
menghormati kedaulatan Malaysia. Kedua mantan RI-1 ini dinilai sering
turut campur dalam urusan politik dalam negeri Malaysia dan "mau
mengajar demokrasi pada kami."
Sekadar diketahui sebelumnya Zainudin menuding Habibie sebagai
pengkhianat bangsa. Ia menuliskannya dalam tajuk rencana media resmi
UMNO, Utusan Malaysia. Zainudin menjadi pemimpin redaksi di koran
tersebut pada 1982.
Dalam blog beralamatkan www.zamkata.blogspot.com, Zainudin
menuliskan judul ulasan ‘Demonstrasi Reformasi Hasil Konspirasi dengan
Habibie, Amien Rais dan Gus Dur’. Tulisan dilanjutkan dengan kalimat
menggunakan huruf besar semua berbunyi,” Sedarlah! Insaflah Masyarakat Cina Malyasia! Adakah Ini Yang Anda Mahu? Adakah Ini Yang Anda Kejar?".
Zainudin membandingkan kondisi sekarang dengan zaman Presiden
Soeharto. Ketika itu, kata dia, Soeharto dan Perdana Menteri Tun Abdul
Razak, sepakat untuk menjaga hubungan baik kedua negara, dengan tidak
mencampuri urusan politik masing-masing. Zainudin sendiri selain pernah
menjadi Menteri Keuangan, juga pernah menjadi Pemimpin Redaksi Harian
Utusan Malaysia.
Zainudin menuliskan pula, “Indonesia mahu menghentikannya dan kita
mahu memulakannya dengan ajaran Anwar Ibrahim. Orang Cina telah mulai
meniru budaya ini dan akibatnya suatu masa nanti akan menimpa diri
mereka sendiri. Sayangilah perniagaan anda !”
Zainudin tampaknya tidak senang dengan dukungan yang ditunjukkan Gus
Dur dan Habibie pada mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia Anwar
Ibrahim. Sejak pengadilan menyatakan Anwar tak terbukti melakukan
tindakan homoseksual --yang di Malaysia dianggap tindak pidana--,
posisi politik Anwar memang menguat. Partainya, Partai Keadilan Rakyat,
kini memiliki kursi di parlemen.
Perbuatan ini, tulis Zainuddin, sangatlah melukakan hati rakyat
Malaysia serta tidak menghormati kepimpinan negara Malaysia yang sah;
kedudukan Perdana Menteri Datuk Seri Datuk Seri Najib dan terutama
sekali Mantan Perdana Menteri Tun Dr. Mahathir yang dihormati dunia
termasuk rakyat Indonesia.
"Ajaran ini mungkin mudah untuk diterima oleh Anwar Ibrahim yang
sejak zaman bangku kuliah menderita rendah diri dan merasakan Malaysia
serba kekurangan dan kerana itulah Anwar mengimpor formula "demokrasi
demonstrasi" ke Malaysia."
Menurut Zainudin, rakyat Indonesia sekarang berada dalam euforia
demokrasi setelah keluar dari penindasan politik sekian lama.
"Kegairahan euforia demokrasi Indonesia ini membuat sebagian pihak di
Indonesia --terutama Gus Dur dan Habibie-- memandang kecil demokrasi
Malaysia dan mau mengajar demokrasi kepada kami," tulisnya.
Malaysia menolak meminta maaf atas penginaan mantan Menteri
Penerangannya, Zainudin Maidin terhadap mantan Presiden B.J. Habibie.
Namun Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Rais
Yatim, mengatakan telah meminta Zainudin tak mengulangi sikapnya itu.
“Ini bukan waktunya untuk mengkritik mantan pemimpin seperti pak
Habibie,” kata Rais Yatim di Kuala Lumpur, Selasa (18/12). “Hal ini tak
seharusnya terjadi. Itu pendapat pribadi bukan resmi pemimpin apalagi
pemerintah Malaysia.”
Dia juga mengaku sudah mengingatkan mantan Menteri Penerangan
Zainuddin Maidin atas pernyataan mengenai mantan Presiden B.J. Habibie.
“Zainudin sudah diberi tahu tentang keaadaan sebenarnya dan seharusnya
dia lebih berhati-hati di masa mendatang,” kata Rais.
Kata Rais, surat kabar tersebut bukan lidah resmi Umno dan
pemerintah. “Itu adalah suatu media yang memberitakan masalah orang
melayu, bumiputera, politik dan sebagainya. Memang dekat dengan
pemerintah, tetapi bukan lidah resmi,” kata dia.
Rais berharap Zainudin memohon maaf kepada Habibie. “Itu yang paling
betul,” kata dia. “Tetapi baik jika beliau berpikir dan mohon maaf
secara terbuka, ini yang paling baik.”
Politis
Menanggapi komentar Zainudin Maidin, Katib Syuriah PWNU Jatim, KH
Syafruddin Syarif melihat adanya unsur politis dalam penghinaan yang
dilakukannya terhadap Gus Dur.
“Saat Anwar Ibrahim menjabat sebagai Deputi Perdana Meneteri
Malaysia, antara Indonesia yang dipimpin Gus Dur dengan pemerintah
Malaysia telah terjadi hubungan yang sangat baik.” ujarnya saat
dikonfirmasi, Rabu (19/12). Pihaknya berharap agar segera ada
permintaan maaf, karena bisa memicu gejolak di kalangan muslim.
Dan dari hal itulah, lanjut Syafruddin, ia melihat adanya
ketidaksenangan Zainudin dengan hubungan baik tersebut. “Karena
Zainudin saat itu merupakan lawan politik dari Anwar Ibrahim,”
tandasnya.
Ia pun sangat menyesalkan sikap antipati Zainudin yang melontarkan
beberapa hinaan kepada Gus Dur. “Seharusnya sebagai seorang mantan
menteri penerangan, Zainudin tak pantas bersikap tidak seperti itu.
Seharusnya dia harus lebih bisa menjaga hubungan baik dari kedua belah
pihak (Indonesia-Malaysia, red),” sesalnya.
Syafruddin menambahkan, Gus Dur merupakan tokoh Islam yang dihormati
umat islam bahkan umat penganut agama lain. “Apa yang telah
dilontarkan kepada Gus Dur sangat tidak tepat, karena Gus Dur saat
menjadi presiden selalu menjaga hubungan baik dengan Malaysia,”
tegasnya.
Bahkan ia menjelaskan, adanya unsur-unsur politis dari
komentar-komentar yang dikeluarkan oleh Zainudin. Ia pun mengharapakan,
agar masyarakat Indonesia tidak terprovokasi dengan komentar-komentar
dari Zainudin.
“Saya melihat adanya unsur kepentingan untuk dirinya. Dukungan yang
ditunjukkan Gus Dur dan Habibie kepada Anwar Ibrahim membuatnya tidak
senang, karena saat ini partai Anwar Ibrahim merupakan penguasa kursi
di parlemen,” tandasnya.
Ia pun meminta agar sebagai masyarakat Indonesia tidak terpancing
dengan apa yang hinaan-hinaan yang dilontarkan Zainudin kepada
mantan-mantan presiden Indonesia yaitu Gus Dur dan Habibie.
Tidak Ingin Seperti Indonesia?
Tokoh-tokoh UMNO Malaysia sangat sadar dengan langkah-langkah Anwar Ibrahim yang sekarang menjadi "bintang"
oposisi di Malaysia, dan akan terus menggerus kekuasaan UMNO. Tentu,
ini menjadi sangat sensitif, ketika berkaitan dengan puak Melayu. Di
mana sejarah berdirinya Malaysia berkat perjuangan Muslim Melayu.
Selama berabad-abad puak Melayu dijajah Inggris, dan kemudian Inggris
memasukkan Cina ke daratan Malaysia sesudah menguasai Hongkong, dan
masuklah Cina ke dalam pusat-pusat ekonomi Malaysia dan menjadi alat
penjajah Inggris.
Peristiwa yang menyakitkan puak Melayu, tentu bukan hanya golongan
Cina, yang sudah menguasai ekonomi, tetapi kekuatan Cina Malaysia,
melakukan langkah yang dramatis, dan mengambil keputusan mendirikan
negara sendiri, dan menjadi sebuah Republik Singapura. Sekarang ini,
Singapura menjadi kekkuatan Cinese Overseas (Cina Perantauan) yang
diketuai Perdana Menteri Lee Kuan Yew.
Kalangan politisi Malaysia sangat kawatir dengan langkah Anwar
Ibrahim, yang lebih liberal, dan hanya akan menghancurkan puak Melayu
sebagai entitas Muslim. Pandangan Anwar Ibrahim yang liberal dan
pluralistik, hanya akan menghancurkan dominasi puak Melayu, bukan hanya
secara politik, tetapi secara ekonomi. Ini sebuah ancaman yang serius.
Di Jakarta kalangan media-media sekuler, seperti Kompas dan lainnya,
terus memacu dan mendorong agar Anwar Ibrahim dapat menang, khususnya
melawan kalangan UMNO, yang sekarang ini mendominasi politik Malaysia.
Dukungan kepada Anwar Ibrahim ini sangat penting, yang akan dapat
menggeser kalangan Melayu kepada Cina.
Media seperti Kompas tak henti-henti meneriakkan pluralisme
(kemajemukkan), yang intinya ingin menghilangkan sikap fanatik kalangan
Melayu, terutama kalangan Muslim, dan kemudian menjadi longgar dapat
menerima kalangna Cina, dan sesudah itu kalangan Cina menguasai ekonomi
negeri itu. Langkah media seperti Kompas dan Sinar Harapan itu, caranya
dengan istilah "war by proxy", dan perlahan-lahan mengambil alih
(mentake over) negara.
Malaysia secara resmi menjadikan Islam sebagai agama resmi negara,
tidak mungkin orang-orang Kristen di Malaysia melakukan pemurtadan
seperti di Indonesia menganut Pancasila. Di Malaysia orang Kristen tidak
dapat mengkampanyekan agamanya melalui TV. Bandingkan dengan Indonesia.
Menjelang Natal seperti sekarang ini, layaknya Indonesia sudah seperti
negeri Salibis.
Anwar Ibrahim hanya digunakan kekuatan Salibis dan sekuler di
Indonesia yang ingin menghancurkan puak Melayu. Malaysia dibangun oleh
para ulama dan kiai yang berjuang menghadapi penjajah. Bukan orang-orang
Cina yang sekarang ini sudah menjadi kekuatan politik dan ekonomi
Malaysia. Sementara itu, Habibie dan Abdurrahman Wahid, tokoh liberal
dan pluralis, yang hanya akan menguntungkan kalangan liberal dan Cina.
Sumber: Voa-islam.com