Revolusi Suriah sudah berlangsung hampir 2
tahun, namun rezim Syiah Nushairiyah pimpinan Bashar Al-Assad belum juga
bisa dijatuhkan. Berkaca dari perang Afghanistan di era 80-an dahulu,
di mana hampir seluruh umat Islam dari seluruh belahan dunia ikut
bergabung dengan jihad di sana, maka perlu adanya hal serupa untuk di
Suriah.
Menurut ustadz Abu Jibril dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), hal
itu disebabkan karena masih banyak umat Islam yang belum mengetahui
secara menyuluruh tentang Suriah. Menurut beliau umat Islam itu masih
sangat tergantung dengan kekuatan fatwa, sebagaimana dahulu yang terjadi
di Afghanistan.
“Dahulu orang melecehkan jihad Afghanistan namun begitu fatwa itu
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, Subhannallah hal ini menjadi
pemicu bangkitnya para pemuda ingin berjihad ke sana,” ujar ustadz Abu
Jibril sewaktu diwawancarai usai acara “Setangkup Janji untuk Suriah”
yang berlangsung di DDII Jakarta Senin kemarin (15/10).
“Belum lagi soal Ayaturrahman (Ayat-ayat Allah), ketika umat Islam
diceritakan tentang kisah-kisah ajaib tentang jihad Afghanistan seluruh
umat islam dan pemuda nya ingin berjuang ke Afghanistan,” tegas ustadz
yang pernah ikut berjihad di Afghanistan ini.
Di era 80-an, Syaikh Abdullah Azzam pernah mengeluarkan fatwa
wajibnya jihad di Afghanistan serta menulis buku tentang karomah-karomah
yang terjadi dalam perang tersebut dalam bukunya yang berjudul
“Ayyaturrahman fi Jihadil Afghan” dan buku ini sewaktu diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia, menjadi pemicu semangat para pemuda untuk
berjihad di sana.
Ustadz Abu Jibril juga menjelaskan perlu adanya seruan global untuk
jihad di Suriah, mengibaratkan detonator, maka fatwa dan Ayaturrahman
Suriah adalah detonatornya yang akan meledakkan semangat umat Islam
untuk berjihad ke Suriah.
Dalam pesannya, beliau juga meminta wartawan dan media Islam terus mensosialisakan masalah Suriah.(fq) / eramuslim.com