Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah
yang memperjalankan waktu, menggantikan siang dengan malam dan malam
dengan siang sampai batas yang dikehendaki-Nya. Menghidupkan dan
mematikan manusia, dan kepada-Nya semata mereka dikembalikan.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada suri tauladan dalam kehidupan berislam, baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, para sahabat, dan umatnya yang senantiasa meniti jalan petunjuknya.
Salah satu bentuk karunia Allah Ta'ala
bagi para hamba-Nya, dijadikan bagi mereka beberapa musim untuk
meningkatkan ketaatan, memperbanyak amal shalih, dan saling berlomba
untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Orang yang berbahagia adalah orang yang
memperhatikan musim-musim tersebut tanpa membiarkannya berlalu begitu
saja. Sebaliknya orang yang sengsara jika menelantarkan
kesempatan-kesempatannya untuk sesuatu yang sia-sia.
Di antara musim-musim ketaatan ini adalah 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menjelaskan, hari-hari tersebut adalah hari-hari dunia yang paling
utama. Oleh karenanya, beliau menganjurkan untuk memperbanyak amal
shalih di dalamnya.
مَا مِنْ
أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ
الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ
ذَلِكَ بِشَيْءٍ
"Tidak ada satu amal shaleh yang
lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada
hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat
bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang
berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali
satupun." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga
telah bersumpah dengannya. Dan sebenarnya ini saja sudah cukup untuk
menunjukkan kemuliaan dan keutamaan hari-hari tersebut. Karena Dzat yang
Maha Agung tidak bersumpah kecuali dengan sesuatu yang agung. Allah
Ta'ala berfirman,
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِي هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ
"Demi fajar, dan malam yang sepuluh,
dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu. Pada yang
demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang
berakal." (QS. Al-Fajr: 1-5)
. . . Orang yang berbahagia adalah orang yang memperhatikan musim-musim tersebut tanpa membiarkannya berlalu begitu saja. . .
Cara Menyambut Kedatangan Hari-hari Tersebut
Seorang muslim seharusnya mengisi setiap
waktunya dengan ketaatan. Agar saat datang kesempatan istimewa dia
mampu mengisinya dengan amal-amal kebaikan yang lebih. Karena balasan
terbaik dari ketaatan adalah diberi tambahan hidayah untuk mengetahui
kebenaran dan mengamalkannya. Allah Ta'ala befirman,
إِنَّ
الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ
بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ
النَّعِيمِ
"Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh
Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai
di dalam surga yang penuh kenikmatan." (QS. Yunus: 9)
Perpaduan antara iman dengan
konsekuaensi dan tuntutannya, berupa amal shalih, -yang mancakup amal
dzahir dan batin- yang dikerjakan dengan ikhlash dan mutaba'ah (mengikuti sunnah) akan menjadi sebab datangnya hidayah, "mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya".
Maksudnya: Dengan adanya iman yang benar dalam diri mereka tersebut,
Allah membalas dengan pahala teragung untuk mereka, yaitu hidayah.
Sehingga Allah mengajarkan kepada mereka apa saja yang berguna untuk
mereka dan menganugerahkan amal-amal shalih yang menetas dari hidayah
itu. (Disarikan dari Tafsir Taisir al-karim al-Rahman, milik Syaikh
Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di)
. . . balasan terbaik dari ketaatan adalah diberi tambahan hidayah untuk mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. . .
Oleh karenanya, menyambut musim ketaatan
10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah hendaknya kita memperhatikan
beberapa kiat-kiat berikut ini:
1. Taubat yang tulus
Seorang muslim menyambut musim ketaatan
dengan taubat yang tulus dan tekad yang kuat untuk kembali kepada Allah
dengan mengerjakan ketaatan-ketaatan. Melaluinya, diharapkan dia akan
mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.
Allah Ta'ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nuur: 31).
2. Tekad kuat untuk memanfaatkan hari-hari ini
Seorang muslim sepantasnya bersemangat
memanfaatkan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dengan perkataan
mulia dan amal-amal shalih. Dan siapa yang bertekad melaksanakan
kebaikan, Allah pasti membantunya dan menyiapkan sebab-sebab yang
memudahkannya untuk menyempurnakannya. Dan siapa yang membenarkan janji
Allah, maka Allah akan membantunya untuk merealisasikannya.
Allah Ta'ala berfirman.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)
3. Menjauhi perbuatan maksiat
Kalau ketaatan adalah jalan mendekatkan
diri kepada Allah, maka sebaliknya, maksiat merupakan jalan yang
menjauhkan seseorang dari Allah dan rahmat-Nya. Terkadang seseorang
tidak mendapatkan rahmat Allah disebabkan dosa yang dikerjakannya. Jika
Anda berharap diampuni dosa dan diselamatkan dari Neraka maka jauhilah
perbuatan maksiat, khusunya pada hari-hari ini. Dan siapa yang memahami
apa yang dicarinya maka dia akan mudah berkorban untuknya.
. . . maksiat merupakan jalan yang menjauhkan seseorang dari Allah dan rahmat-Nya. . .
Penutup
Saudaraku, sepuluh hari pertama
Dzulhijjah sebentar lagi akan mendatangi kita. Dalam hitungan hari
kafilah mulia itu telah tiba. Sudah sepantasnya kita bersiap diri untuk
meraih karunia-karunia Allah di dalamnya. Bersemangatlah untuk
memanfaatkan hari-hari tersebut. Mulailah dengan membiasakan amal-amal
shalih agar saat dia tiba kita sudah siap dan terbiasa menjalankan
kebaikan. Jangan telantarkan kesempatan tersebut dengan perbuatan yang
sia-sia, apalagi yang jelas perbuatan dosa. Sesungguhnya manusia yang
merugi adalah yang tidak memanfaatkan kesempatan yang diperolehnya. Hadaanallaah wa Iyyakum Ajma'in!. [PurWD/voa-islam.com]
Oleh : Ustadz Badrul Tamam